Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Berat Badan dengan Makan Lebih Awal dan Puasa Malam Hari

Kompas.com - 03/03/2017, 17:31 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Anda pasti pernah mendengar nasihat yang mengatakan, melewatkan jadwal makan dapat merusak rencana penurunan berat badan. Tetapi, sebuah studi baru yang disajikan minggu ini dalam acara tahunan Obesity Society Meeting di New Orleans menyebutkan hal yang berbeda.

Menurut penelitian, makan pagi hingga sore hari dan puasa di malam hari dapat memberi efek kesehatan yang positif.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa individu kelebihan berat badan yang makan pada siang hari dan berpuasa di waktu malam, diketahui cenderung lebih sedikit mengalami serangan lapar dan membakar lebih banyak lemak di malam hari.

Meski pola diet ini membakar lebih banyak lemak di malam hari, namun tampaknya tidak meningkatkan jumlah lemak yang dibakar secara keseluruhan.

Oleh sebab itu, masih belum jelas bagaimana jadwal makan ini dapat memengaruhi penurunan berat badan secara keseluruhan.

"Pada titik ini, kami masih tidak yakin apakah jumlah pembakaran lemak secara keseluruhan meningkat," kata pemimpin penulis studi Courtney Peterson.

"Kami masih perlu melakukan penelitian yang lebih besar untuk mengetahui jawabannya secara pasti."

Meski demikian, hasil penelitian ini tetap dianggap penting bagi dunia gizi. Misalnya, Peterson mengatakan dia terkejut menemukan bahwa peserta penelitian mengatakan, mereka tidak merasakan lapar walau puasa selama 18 jam setiap hari.

"Penelitian ini membalikkan keyakinan yang mengatakan bahwa puasa untuk jangka waktu yang lama setiap hari membuat seseorang lebih kelaparan," tulis Peterson.

Peterson juga menjelaskan bahwa menerapkan pola makan seperti ini memiliki manfaat yang jelas, yaitu mendorong orang mengurangi asupan makanan secara keseluruhan.

Mempraktikkan pola makan berbatas waktu beberapa kali seminggu juga dapat menyehatkan tubuh, menurut Peterson.

"Pola makan ini bisa diterapkan untuk tujuan jangka pendek atau jangka panjang," pungkas Peterson. "Sejauh yang kami tahu, ini aman untuk orang dewasa tapi tidak disarankan untuk wanita hamil dan anak-anak."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com