Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2017, 20:22 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Kejahatan anak bukan kasus baru di Indonesia. Catatan ECPAT pada September 2016 hingga Februari 2017, ada enam kasus kejahatan anak dengan jumlah korban yang cukup besar, yakni 157 anak. Kasus ini tersebar di empat provinsi dan enam kabupaten di Indonesia.

Kasus terbaru adalah terungkapnya kelompok paedofil di grup Facebook untuk bertukar foto dan video porno anak. Empat orang termasuk pendiri dan admin grup yang berisikan 7.000 akun member itu sudah ditangkap polisi. Dua di antaranya masih berusia di bawah 17 tahun.

Menandai pedofil, jika mereka ada di sekitar kita, bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, tidak ada ciri sangat khusus yang membedakan mereka dengan orang lainnya.

Umumnya pedofil suka dekat dengan anak-anak. Tapi, tidak semua yang dekat dengan anak-anak pasti pedofil. Perlu diingat juga, tidak semua pedofil adalah pelaku kejahatan seksual.

Meski tidak ada ciri khusus dari para pedofil ini, menurut yayasan nirlaba yang bergerak di bidang kesejahteraan anak Educate and Empower Kids, orangtua bisa mewaspadai seseorang yang menunjukkan ciri umum:

1. Seorang predator seks, mungkin memberi perhatian khusus kepada anak dan membuat anak merasa istimewa. Mereka akan cenderung untuk mencoba untuk memenangkan kasih sayang anak dengan sering memberi hadiah.

Contohnya,"Saya punya sekotak permen, yuk kita berbagi." Atau, kepada anak yang lebih tua, mungkin mereka akan mengatakan, "Kamu suka grup musik X? Saya punya tiket konsernya untuk kita. Itu juga band favorit saya."

2. Mereka mungkin mengisolasi anak dengan melibatkannya dalam kegiatan yang menyenangkan yang mengharuskan mereka untuk menyendiri bersama-sama.

3. Mereka juga mungkin akan mencoba menyentuh anak di depan Anda, orangtuanya, supaya anak berpikir bahwa Anda tidak keberatan jika dia disentuh oleh Si Predator.

Sentuhannya berupa sentuhan sederhana tepukan di pundak, atau meminta pelukan selamat tinggal. Mereka tidak akan memaksakan sebuah sentuhan untuk menghindari kecurigaan.

4. Perlu diingat bahwa kontak fisik pertama antara predator dengan korban sering bersifat non-seksual yang dirancang untuk memengaruhi anak.

Tujuannya, supaya anak nyaman dan bisa disentuh, sehingga jalan untuk melakukan aktivitas seksual menjadi lebih terbuka.

5. Seorang predator mungkin juga akan mengambil keuntungan dari rasa ingin tahu alami anak tentang seks.

Caranya, mereka akan mengatakan lelucon yang "jorok", atau mengajak anak bermain permainan yang mengarah ke aktivitas seks.

6. Seorang predator, secara diam-diam, memerhatikan apa yang menjadi kesukaan anak supaya bisa memikat anak dengan menawarkan apa yang anak sukai.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau