"Kemungkinan besar karena anjingnya terinfeksi bakteri penyebab infeksi," katanya.
Namun menurut peneliti tersebut, dibutuhkan riset lebih lanjut dengan menguji sampel beberapa binatang agar hasil penelitiannya lebih sahih.
Pasalnya, sangat jarang ditemukan kasus infeksi serius karena bakteri dari jilatan binatang.
"Coba bayangkan banyak sekali orang di dunia ini dijilat binatang peliharaannya. Mereka tidak sakit dan baik-baik saja," ujar dia.
Baca juga: Musim Pancaroba, Lakukan Ini agar Tetap Sehat dan Fit
Lederman menjelaskan, bakteri bisa menginfeksi orang ketika bakteri bisa masuk lapisan dalam kulit, tidak sekadar epidermis atau kulit luar.
"Ini jenis infeksi paling umum. Infeksi terjadi karena kulit kering atau kulit pecah-pecah," katanya.
Dijelaskan lagi, infeksi kulit pada nenek di Israel tersebut jadi parah karena kulitnya pecah-pecah ditambah kondisi imunnya melemah.
Ketahan tubuh perempuan itu melemah karena pengobatan artritis rematoid. Ditunjang infeksi dari bakteri yang dibawa binatang.
"Dokter dan dokter hewan perlu berkolaborasi ke depan. Tujuannya untuk mengantisipasi merebaknya potensi penyakit yang ditularkan hewan ke manusia," ujarnya.
Setelah mendapat pengobatan antibiotik selama beberapa hari, perempuan yang mengalami infeksi setelah dijilat anjing tersebut kondisi kesehatannya stabil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.