Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Rokok Tahun 2020 Naik, Dokter: Saatnya Berhenti Merokok!

Kompas.com - 01/01/2020, 08:30 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Sumber ,

KOMPAS.com - Pemerintah menetapkan tarif baru untuk cukai rokok mulai 1 Januari 2020. 

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan tarif baru cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 23 persen. 

Imbasnya, harga jual eceran (HJE) rokok naik sebesar 35 persen.

Baca juga: Sah, Mulai Besok Harga Rokok Naik 35 Persen, Ini Rinciannya

Merespons hal tersebut, Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dr. Yusuf Subagio Sutanto, Sp. P. (K), berharap masyarakat dapat menanggapi kebijakan pemerintah menaikkan cukai rokok dan harga rokok dengan kepala dingin.

Dia menyarankan kebijakan tersebut menjadi motivasi masyarakat untuk segera berhenti merokok atau tidak menjajal rokok.

Manfaat dobel berhenti merokok

Yusuf mengingatkan, dengan berhenti merokok, masyarakat bisa meraih manfaat dobel.

Bukan hanya lebih sehat secara fisik, masyarakat juga lebih diuntungkan secara ekonomi dengan berhenti merokok.

Uang yang sebelumnya dipakai untuk membeli rokok, bisa dipakai untuk keperluan lain yang tidak merugikan kesehatan.

Menurut Yusuf, berbagai zat yang terkandung dalam rokok dapat memicu kanker, penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

"Sebaiknya masyarakat setop merokok. Jangan merokok lagi. Efeknya jelek," jalas Yusuf saat diwawancara Kompas.com, Selasa (31/12/2019).

Yusuf mengatakan semakin banyak rokok yang dikonsumsi, semakin besar peluang seseorang terkena penyakit.

Rokok mengandung ribuan bahan kimia

Sementara itu, melansir dari laman resmi American Lung Association, rokok mengandung sekitar 600 bahan kimia.

Ketika dibakar, bahan kimia yang terkandung dalam rokok bertambah menjadi lebih dari 7.000 jenis.

Dari jumlah tersebut, 69 di antaranya dapat menimbulkan penyakit berbahaya seperti kanker.

Beberapa bahan kimia tersebut juga ditemukan dalam produk sehari-hari. Produk tersebut umumnya disertai label tanda peringatan bahaya.

Berikut bahan kimia berbahaya yang dapat ditemukan dalam asap tembakau dan juga produk sehari-hari:

  • Aseton, ditemukan dalam zat pembersih cat kuku
  • Asam asetat, digunakan sebagai bahan pewarna rambut
  • Amonia, digunakan dalam pembersih
  • Arsenik, digunakan dalam racun tikus
  • Benzene, ditemukan dalam bensin
  • Kadmium, komponen aktif dalam asam baterai
  • Karbon monoksida, merupakan asap knalpot kendaraan
  • Napthalene, bahan dalam kapur barus
  • Nikotin, biasa digunakan sebagai insektisida

Baca juga: Mengapa Perokok Cenderung Tak Peduli Bahaya Rokok?

Bahaya rokok

Melansir dari Hello Sehat, rokok dapat menggangu kesehatan, terutama sistem imun tubuh. Berikut beberapa bahaya rokok:

1. Kerusakan saluran pernapasan

Racun pada rokok dapat menyebabkan iritasi serta timbulnya lendir pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada tenggorokan hingga paru.

2. Memicu kondisi autoimun

Kandungan racun karsinogen dan tar pada sebatang rokok dapat menyebabkan tubuh menjadi kurang efektif melawan peradangan.

3. Menghambat aliran darah

Kandungan nikotin pada sebatang rokok dapat membuat darah menjadi lebih kental. Peredaran darah pun jadi tidak lancar.

4. Jumlah antibodi berkurang

Efek rokok yang telah memasuki aliran darah dapat mengurangi jumlah antibodi dalam tubuh seseorang.

Antibodi merupakan protein darah yang berperan dalam mengurangi jumlah bibit penyakit tertentu pada tubuh.

5. Mengurangi kadar antioksidan

Rokok membuat kadar antioksidan dalam tubuh para perokok menjadi lebih sedikit dibandingkan pada orang yang tidak merokok.

Hal itu dapat menyebabkan para perokok rentan sakit dan proses penyembuhan sakit menjadi lebih lama.

6. Meningkatkan kadar sel darah putih tinggi

Sama seperti antibodi, sel darah putih juga berfungsi untuk melawan infeksi.

Namun pada perokok, peradangan dalam tubuh menyebabkan sel darah putih meningkat.

Merokok juga dapat menyebabkan sel darah putih akan menjadi kurang responsif terhadap agen penyakit.

Apabila kondisi tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama, perokok berisiko terkena serangan jantung, stroke, hingga kanker.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com