Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benjolan di Leher Bisa Jadi Tanda Penyakit Tuberkulosis (TB)

Kompas.com - 03/03/2020, 19:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit tuberkulosis (TB) bukan hanya terjadi pada paru-paru.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) ini ternyata bisa juga menyerang bagian tubuh lain.

Kondisi yang disebut sebagai TB di luar paru atau TB extrapulmonary ini di antaranya dapat mengenai sejumlah organ, yakni:

  • Selaput otak
  • Selaput jantung
  • Tulang
  • Ginjal
  • Persendian kulitis
  • Rongga perut
  • Saluran kencing
  • Kulit dan pleura
  • Kelenjar getah bening

Dari semua itu, TB kelenjar adalah penyakit yang memiliki persentase terbesar untuk temuan kasus penyakit TB di luar paru.

Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?

Waspadai benjolan di leher

Melansir Buku Mengapa Kita Batuk? (2016) karya dr. Samuel Sembiring, benjolan di leher atau di belakang telinga bisa jadi adalah salah satu ciri dari TB kelenjar.

Tetapi, kondisi itu bisa juga merupakan gejala kelainan lain, seperti limfadenitis, limfoma, maupun lipoma.

Pada kasus TB kelenjar, memang paling banyak terjadi pada leher yang disebut skrofula.

Skrofula dapat dipahami sebagai infeksi TB pada kelenjar getah bening di leher yang umumnya ditularkan saat seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri MTB.

Dari paru-paru, kuman TB tersebut kemudian dapat berpindah ke kelenjar getah bening terdekat, termasuk kelenjar getah bening di leher.

Secara epidemiologis, kasus TB kelenjar masih banyak ditemukan di negara berkembang dengan angka penderita TB yang masih tinggi.

Penyakit ini diketahui dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak, orang dewasa, maupun orang lanjut usia (lansia), terlebih mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah.

Munculnya benjolan pada bagian leher, baik di sisi kanan maupun kiri memang menjadi tanda khas dari TB kelenjar.

Baca juga: Resep Infused Water Nanas, Bisa untuk Mengatasi Batuk dan Pilek

Benjolan tersebut biasanya akan terus membesar seiring berjalannya waktu. Saat disentuh, area di sekitar benjolan juga tak akan terasa nyeri.

Namun, skrofula biasanya disertai dengan gejala-gejala lain, di antaranya:

  1. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
  2. Tubuh terasa tidak nyaman
  3. Demam
  4. Berkeringat di malam hari

Cara mengobati

Benjolan akibat TB kelenjar dapat diobati dengan obat kelenjar getah bening berupa obat antitiuberkulosis.

Namun seperi halnya pada kasus TB paru-paru, konsumsi obat tersebut harus teratur hingga dinyatakan sembuh.

Melansir buku TBC: Penyakit & Cara Pencegahannya (2008) karya dr. Yohanes Y. Laban, dijelaskan konsumsi obat biasanya dilakukan hingga 6-8 bulan.

Baca juga: Batuk Kering (Tidak Berdahak): Ciri-ciri, Penyebab, Cara Mencegah

Apabila hal itu tidak dilakukan secara teratur atau tidak mengikuti saran dokter, maka akan terjadi beberapa kondisi sebagai berikut:

  1. Kuman penyakit TB kebal sehingga penyakitnya lebih sulit diobati
  2. Kuman berkembang lebih banyak dan menyerang organ lain
  3. Membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh
  4. Biaya pengobatan semakin mahal
  5. Masa produktif yang hilang semakin banyak

Pada umumnya, pengobatan TB akan selesai dalam jangka waktu 6 bulan, dengan pembagian:

  • 2 bulan pertama minum obat setiap hari (tahap intensif)
  • 4 bulan kemudian dilanjurkan minum obat tiga kali dalam seminggu (tahap lanjut)

Pada kasus tertentu, penderita bisa minum obat setiap hari selama 3 bulan, kemudian dilanjutkan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com