Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Kendaraan Umum jadi "Ladang" Penularan Penyakit?

Kompas.com - 09/03/2020, 06:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang mengandalkan kendaraan umum seperti bus dan kereta api untuk menunjang kegiatan sehari-hari.

Ketika wabah penyakit akibat virus seperti corona biang Covid-19 atau flu merebak, beberapa orang khawatir tertular penyakit dari sesama pengguna transportasi publik.

Lantas, benarkah transportasi umum seperti seperti bus, komuter, atau kereta api rentan menjadi tempat penularan penyakit?

Baca juga: 8 Cara Cegah Tertular Penyakit saat Naik Kendaraan Umum

Profesor epidemiologi Dr. Stephen S. Morse dari Mailman School of Public Health Columbia University, AS menjawab, ada dua faktor utama penularan virus di suatu tempat.

Pertama, terkait tingkat kepadatan suatu tempat. Kedua, dipengaruhi berapa lama seseorang menghabiskan waktu di sana.

Sejumlah kendaraan umum seperti komuter atau bus terkadang membuat para penumpang berjejal.

Padahal, risiko penularan penyakit antarmanusia seperti infeksi virus corona bisa terjadi dari jarak dua meter.

"Risiko tertular penyakit mungkin sama-sama tinggi dengan penularan di tempat berkumpulnya banyak orang. Tapi waktu terpapar penyakit lebih pendek," jelas Dr. Morse, seperti dilansir The New York Times (5/5/2020).

Baca juga: Salaman, Tos, Adu Kepal Tangan, Mana Paling Baik Cegah Penularan Penyakit?

Kebanyakan orang yang menggunakan transportasi publik memang menghabiskan waktu relatif lebih singkat ketimbang beraktivitas di kantor atau sekolah.

Hingga kini, studi terkait penularan virus corona jenis baru SARS-CoV-2 di tempat publik memang masih terbatas.

Namun, berkaca dari wabah influenza di New York AS pada 2011, risiko penularan influenza di kereta bawah tanah sebesar empat persen.

"Yang penting waspada. Tapi jangan panik," kata Avisheh Forouzesh, ahli penyakit menular dari New Jersey, AS, seperti dilansir dari Business Insider (3/3/2020).

Kendati ada risiko kesehatan, Forouzesh berpendapat orang tidak perlu menghindari transportasi publik di musim wabah penyakit, asalkan mengetahui cara aman naik kendaraan umum.

Pakar penyakit menular lainnya dari University of Texas, AS, Thomas Ksiazek, sependapat.

Menjaga kebersihan tangan adalah cara paling aman untuk melindungi diri agar tak tertular penyakit.

Baca juga: Masker, Cuci Tangan, dan Hand Sanitizer, Mana Paling Ampuh Cegah Corona?

Antisipasi

Menyusul merebaknya wabah Covid-19, beberapa negara telah menerapkan kebijakan sterilisasi atau membersihkan kendaraan umum dengan cairan disinfektan untuk mencegah penularan penyakit.

Kendaraan umum seperti bus, komuter, sampai kapal feri di AS, Jepang, Iran, dan Italia dibersihkan dengan cairan desinfeksi setidaknya empat kali sehari.

Ahli epidemiologi Dr. Morse berpendapat membersihkan transportasi publik dengan disinfektan merupakan langkah pencegahan yang penting.

Akan tetapi, orang atau pengguna kendaraan umum juga perlu melindungi dirinya sendiri untuk menjaga kesehatan pribadi.

"Perilaku manusia adalah salah satu faktor terpenting dalam penularan virus ini," kata Dr. Morse.

Baca juga: 5 Buah untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh

Selain menjaga daya tahan tubuh agar tetap prima, Anda perlu menjaga kebersihan diri untuk melindungi diri agar tidak tertular penyakit.

Caranya dengan mencuci tangan dengan sabun dan air minimal 20 detik, atau gunakan pembersih tangan berbasis alkohol begitu turun dari kendaraan umum.

Anda juga perlu menghindari kebiasaan menyentuh area wajah dengan tangan, karena virus dari cipratan dahak atau bersin (droplet) bisa masuk melalui mata, hidung, atau mulut.

Tak kalah penting, pastikan menutup mulut dan hidung saat saat batuk dan pilek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau