Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dyscalculia, Kelainan Belajar yang Membuat Anak Lemah dalam Matematika

Kompas.com - 24/04/2020, 08:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Bukan hal aneh bagi seorang anak jika sesekali mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas matematika.

Namun, jika hal itu terjadi seracra berulang, bisa jadi Anak Anda mengalami dyscalculia.

Dyscalculia merupakan kelainan belajar yang membuat anak lemah dalam representasi dan pemrosesan bilangan mendasar.

Akibatnya, keterampilan dan kemampuan memahami angka sang anak akan terganggu. Menurut data Web MD, sebesar tujuh persen siswa sekolah dasar mengalami dyscalculia.

Menurut riset penderita dyscalculia memiliki gejala serupa dengan disleksia. Oleh karena itu, banyak orang yang menyebut kelainan ini dengan sebutan "disleksia matematika".

Namun, dyscalculia dan disleksia adalah kondisi yang berbeda.

Baca juga: Mengenal Sindrom Couvade, Gejala Kehamilan yang Dialami Pria

Gejala

Penderita dyscalculia tidak bisa memahami perihal angka. Mereka seringkali merasa kesulitan dalam menghitung bilangan-bilangan yang sederhana.

Penderita dyscalculia juga sering merasa cemas saat berhadapan dengan angka atau soal matematika.

Selain itu, penderita dyscalculia juga kesulitan dalam melakukan hal-hal berikut:

  • memperkirakan hal-hal yang berkaitan dengan angka
  • memahami masalah kata dalam matematika
  • memahami pelajaran matematika dasar
  • menghitung uang
  • membaca jam.

Penyebab

Melansir Psychology Today, belum diketahui pasti apa yang membuat seseorang bisa mengalami dyscalculia.

Namun, peneliti menduga karena gangguan otak yang berperan pada proses aritmatika. Dyscalculia juga bisa disebabkan oleh faktor genetik.

Menurut para ahli, orang yang memiliki beberapa penyakit genetik kritis seperti fetal alcohol syndrome, turner syndrome atau berat badan lahir rendah pada umumnya memiliki gangguan signifikan pada pusat otak yang terlibat dalam pemrosesan numerik.

Penderita kelainan genetik tersebut umumnya menunjukkan kelainan pada bagian-bagian tertentu dari lobus parietal, yang menyebabkan kurang berfungsinya area ini.

Selain itu, cedera otak atau saraf juga bisa menyebabkan dyscalculia.

Baca juga: Macam-macam Penyakit Hati yang Perlu Diwaspadai

Cara mengatasi

Jika anak Anda mengalami dyscalculia, segeralah bekerja sama dengan guru anak Anda di sekolah.

Lalu temukan identifikasi kekuatan dan kelemahan sang anak. Orangtua dan guru juga haru bekerja sama untuk memahami gaya belahjar dan pendekatan alternatif guna menumbuhkan rasa percaua diri sang anak.

Strategi lain untuk membantu anak dengan dyscalculia antara lain sebagai berikut:

rategi lain untuk di dalam dan di luar kelas termasuk:

  • memberi waktu ekstra untuk mengerjakan tugas terkait matematika
  • menggunakan kertas grafik untuk anak yang mengalami kesulitan mengatur masalah di atas kertas
  • merencanakan dan mengatur pendekatan pembelajaran matematika untuk anak
  • menggunakan objek dan visual untuk membantu memecahkan masalah
  • menjelaskan konsep dan istilah matematika dengan jelas dan mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan
  • menyediakan tempat yang tenang untuk proses belajar anak.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com