Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2020, 19:36 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com – Banyak orang berharap bisa hidup lama atau memiliki umur panjang di dunia ini.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, orang-orang kini tak bisa lagi hanya mengandalkan faktor genetika atau keturunan.

Pada kenyataanya, gen memainkan peran yang jauh lebih kecil daripada yang diyakini semula.

Ternyata faktor lingkungan seperti pola makan dan gaya hidup inilah yang menjadi kunci dari umur pajang.

Baca juga: Kenali 11 Tanda Seseorang Mungkin Akan Meninggal Dunia

Melansir Healthline, ada beberapa kebiasaan yang dikaitkan dengan umur panjang.

Berikut yang patut diupayakan:

1. Hindari makan berlebihan

Hubungan antara asupan kalori dan umur panjang saat ini telah banyak dikaji.

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pengurangan 10-50 persen dalam asupan kalori normal dapat meningkatkan umur maksimum.

Studi populasi manusia yang terkenal karena umur panjang juga mengamati hubungan antara asupan rendah kalori, umur yang panjang, dan kemungkinan penyakit yang lebih rendah.

Terlebih lagi, pembatasan kalori dapat membantu mengurangi kelebihan berat badan dan lemak perut, yang keduanya terkait dengan rentang hidup yang lebih pendek.

Namun, pembatasan kalori jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping negatif, seperti meningkatnya rasa lapar, suhu tubuh rendah, dan dorongan seks yang berkurang.

Dengan ini, membatasi kalori dapat membantu Anda hidup lebih lama dan melindungi dari penyakit. Tapi memang, dibutuhkan lebih banyak lagi penelitian pada manusia.

Baca juga: Seni Bikin Panjang Umur, Bagaimana Caranya?

2. Makan lebih banyak kacang-kacangan

Kacang adalah pembangkit nutrisi.

Bahan makanan ini kaya akan protein, serat, antioksidan, dan senyawa tanaman bermanfaat.

Terlebih lagi, mereka merupakan sumber yang bagus untuk beberapa vitamin dan mineral, seperti tembaga, magnesium, kalium, folat, niasin, dan vitamin B6 dan Vitamin E.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kacang memiliki efek menguntungkan pada penyakit jantung, tekanan darah tinggi, peradangan, diabetes, sindrom metabolik, kadar lemak perut, dan bahkan beberapa bentuk kanker.

Satu studi menemukan bahwa orang yang mengkonsumsi setidaknya 3 porsi kacang per minggu memiliki risiko 39 persen lebih rendah kematian dini.

Demikian pula, dua ulasan baru-baru ini termasuk lebih dari 350.000 orang mencatat bahwa mereka yang makan kacang memiliki risiko kematian 4–27% lebih rendah selama masa studi - dengan pengurangan terbesar terlihat pada mereka yang makan 1 porsi kacang per hari.

3. Cobalah kunyit

Ilustrasi teh jahe kunyit.SHUTTERSTOCK/COZINE Ilustrasi teh jahe kunyit.

Ketika berbicara tentang strategi anti-penuaan, kunyit adalah pilihan yang bagus. Itu karena rempah-rempah ini mengandung senyawa bioaktif kuat yang disebut curcumin.

Karena sifat antioksidan dan anti-inflamasi, curcumin dianggap membantu menjaga fungsi otak, jantung, dan paru-paru, serta melindungi terhadap kanker dan penyakit terkait usia.

Curcumin dikaitkan dengan peningkatan umur pada serangga dan tikus.

Namun, temuan ini tidak selalu direplikasi, dan saat ini tidak ada penelitian pada manusia.

Meskipun demikian, kunyit telah dikonsumsi selama ribuan tahun di India dan umumnya dianggap aman.

Baca juga: Bagaimana Baiknya Konsumsi Kunyit dan Temulawak Saat Pandemi Covid-19?

4. Makan banyak makanan nabati 

Mengonsumsi berbagai makanan nabati, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, biji-bijian, dan kacang-kacangan, dapat mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan umur panjang.

Sebagai contoh, banyak penelitian mengaitkan pola makan nabati dengan risiko kematian dini yang lebih rendah, serta mengurangi risiko kanker, sindrom metabolik, penyakit jantung, depresi, dan kerusakan otak.

Efek ini dikaitkan dengan nutrisi dan antioksidan makanan nabati, di antaranya meliputi polifenol, karotenoid, folat, dan vitamin C .

Karena itu, beberapa penelitian mengaitkan diet vegetarian dan vegan, yang secara alami lebih tinggi dalam makanan nabati, dengan risiko kematian dini sebelum kematian 12-15 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com