Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudahi Perdebatan, Ini Waktu Berjemur yang Tepat Hasil Kajian Perdoski

Kompas.com - 05/05/2020, 12:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) telah melakukan kajian ilmiah tentang paparan sinar ultraviolet (UV) yang dalam beberapa minggu belakangan menjadi polemik di masyarakat.

Demikian disampaikan dr. Andreas Widiansyah, SpKK, FINSDV, FAADV, selaku Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Pusat (PP) Perdoski saat diwawancara Kompas.com di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta, Senin (4/5/2020).

Kajian tersebut melibatkan pakar-pakar Fotobiologi anggota Perdoski dari berbagai Indonesia.

Dengan kajian ilmiah tersebut, dr. Andreas berharap bisa mengurangi polemik di masyarakat mengenai kabar yang beredar, khususnya tentang waktu, lama dan manfaat berjemur.

Baca juga: 5 Efek Buruk Malas Berjemur bagi Tubuh

“Permasalahannya, saat ini berkembang berbagai pendapat di dalam masyarakat Indonesia tentang waktu ideal untuk berjemur,” kata dr. Andreas didampingi Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SpKK (K), FINSDV, FAADV, yang ditunjuk PP Perdoski menjadi person in charge (PIC) Kajian Ilmiah Paparan Sinar UV.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Prasetyadi menerangkan, sinar matahari adalah sumber utama kehidupan dan energi di planet bumi, tapi paparan berlebihan terhadap energi matahari jelas merusak sistem biologis manusia.

Untuk itu diperlukan keseimbangan yang tepat dari paparan cahaya UV yang untuk pemeliharaan kesehatan bervariasi secara masing-masing individu.

Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi itu menerangkan, sinar matahari yang mencapai bumi berfluktuasi secara dramatis, tidak hanya dalam hal intensitas keseluruhan tetapi juga dalam komposisi spektralnya berdasarkan waktu, ketinggian, dan garis lintang.

Efek-efek ini pada radiasi dapat memengaruhi komponen UV dari spektrum matahari.

Kualitas dan kuantitas radiasi matahari bervariasi tergantung pada geografi dan waktu.

Baca juga: Baik Buruk Dampak Berjemur bagi Kesehatan

Sedikitnya ada 6 faktor yang berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas sinar UV terhadap kesehatan, yaitu:

  1. Ketinggian permukaan dan garis lintang zona atau daerah
  2. Musim, waktu, dan cuaca atau kondisi awan
  3. Aerosol
  4. Ozon
  5. Tipe Kulit
  6. UV Index (UVI)

Hal ini yang harus dipahami masyarakat Indonesia, bahwa siapa saja tidak boleh berjemur secara sembarangan karena sinar matahari juga berisiko dapat merugikan kesehatan.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu menjelaskan, tingkat radiasi UV secara bertahap menurun dengan meningkatnya garis lintang.

Baca juga: Dokter Sebut Ubah Warna Kulit Jadi Putih Bisa Picu Kanker Kulit

Daerah di khatulistiwa memiliki tingkat radiasi UV yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Tingkat radiasi UV naik dengan meningkatnya ketinggian karena pengurangan jumlah aerosol, molekul udara, dan ozon di atmosfer.

Sementara, radiasi UV di permukaan bumi berubah dengan musim, waktu, dan hari dalam setahun, UVR berubah karena perubahan sudut zenit matahari (solar zenith angle).

Ozon diproduksi di lapisan stratosfer (pada ketinggian di atas 20 km) sebagai hasil dari reaksi fotokimia di atmosfer.

Sinar UV memecah O2 untuk menghasilkan atom oksigen bebas. Atom oksigen ini kemudian bereaksi dengan O2 dan molekul mediator untuk menghasilkan O3 (ozon).

Ozon akan menyerap seluruh sinar UV-C yang membahayakan kesehatan manusia.

Seperti diketahui, sinar matahari memiliki 3 spektrum sinar ultra violet, yaitu UV-A, UV-B dan UV-C.

“Faktor lain yang berpengaruh adalah tipe kulit seseorang dan Indeks UV (UV Index),” jelas dr. Pras.

Kulit orang Indonesia sebagian besar termasuk tipe kulit 3 dan 4, hanya sebagian kecil tipe kulit 5 atau 6. Tipe kulit tersebut merujuk pada Fitzpatrick Skin Scale.

Ciri-ciri kulit manusia menurut skala Fitzpatrick, yakni:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com