Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/05/2020, 19:57 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Henti jantung adalah kejadian tidak terduga yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak atau tiba-tiba.

Kondisi muncul karena terjadi penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif hingga mengakibatkan penghentian sirkulasi.

Tapi, henti jantung sebenarnya tak selalu berakhir dengan kematian.

Resusitasi jantung-paru (RIP) adalah salah satu tindakan darurat, sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.

Baca juga: Henti Jantung Bisa Lebih Berbahaya dari Serangan Jantung

Gejala henti jantung

Pengenalan terhadap henti jantung bergantung pada ditemukannya tanda-tanda tidak adanya sirkulasi, seperti henti jantung-paru (HJP).

HJP sendiri memiliki tanda, sebagai berikut:

  • Dispnea atau sesak napas
  • Kulit pucat abu-abu
  • Pupil lebar dan reaktif
  • Pulsari arteri karotis tidak teraba yang menjadi gejala utama kegagalan kardiosirkulasi akut

Apabila henti jantung mendadak terjadi, gejala-gejala muncul dalam waktu singkat, yakni sebagai berikut:

  • Tak terabanya nadi segera
  • Ketidaksadaran 10-20 detik
  • Dispnea atau henti napas 15-30 detik
  • Dilatasi pupil dan tidak reaktif 60-90 detik
  • Keadaan penurunan mental dalam

Baca juga: 6 Penyebab Kematian Mendadak Selain Karena Serangan Jantung

Penyebab henti jantung

Melansir Buku Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular (2009) oleh Arif Muttaqin, beberapa penyebab henti jatung, meliputi sebab-sebab pernapasan, pemutusan aliran oksigen, dan penyebab sirkulasi.

Berikut penjelasannya:

1. Sebab-sebab pernapasan

Pemutusan aliran aoksigen ke otak dan seluruh organ dapat menjadi penyebab maupun konsekuensi dari henti jantung.

Baca juga: 10 Penyebab Serangan Jantung yang Kerap Disepelekan

Keadaan kurangnya aliran oksigen itu disebut hipoksia, sebagai akibat gangguan fungsi respirasi atau gangguan pertukaran gas di dalam paru.

Menurut lokasinya, gangguan ini dapat dibedakan, apakah terjadi di jalan napas atau di pertukaran gasnya, atau dapat pula disebut perifer.

Hipoksia akibat gangguan jalan napas dapat terjadi, seperti sumbatan pangkal lidah di hidpofaring pada orang yang tidak sadar.

Sumbatan napas juga bisa terjadi karena aspirasi isi lambung dan atau cairan lambung.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau