Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Harus Paham, Kenali 11 Mitos Demam pada Anak

Kompas.com - 15/07/2020, 18:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis


KOMPAS.com – Terdapat sejumlah mitos mengenai demam pada anak yang tidak jarang dapat memicu kepanikan.

Kondisi ini menandakan bahwa para orangtua belum memahami benar apa ibu demam.

Bahkan, ada juga orangtua yang fobia atau panik berlebihan ketika mendapati buah hati demam.

Baca juga: 3 Obat Demam yang Bisa Dibeli Tanpa Resep, Mana yang Terbaik?

Mereka khawatir anaknya bis kejang, koma, buta, otaknya rusak, bahkan meninggal dunia akibat demam.

Karena kekhawatiran yang berlebihan ini, para orangtua pun sering keli memberikan pengobatan yang berlebihan pada anak.

Langkah tersebut jelas kurang baik untuk kesehatan sang buah hati.

Lalu, apa saya mitos demam pada anak?

Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto, Sp. A, lewat bukunya Orangtua Cermat, Anak Sehat (2012), memberikan gambaran berbagai mitos demam pada anak yang perlu diluruskan.

Berikut mitos demam pada anak yang harus diketahui orangtua:

1. Anak teraba hangat tak pasti demam

Mitos:

Anak teraba hangat, berarti mengalami demam.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Makin Tinggi Suhu Demam Risiko Kejang Kian Besar?

Fakta:

Badan anak akan terasa hangat setelah banyak beraktivitas, bermain seharian, menangis, dan berada di luar rumah saat tengah hari yang panas.

Setelah tenang, suhu tubuh akan kembali normal dalam dua puluh menit.

Pastikan dengan termometer untuk mengetahui demam atau tidak pada anak.

2. Demam berbahaya

Mitos:

Demam dapat membahayakan anak.

Fakta:

Demam menunjukkan aktivitas sistem imunitas tubuh untuk memerangi infeksi.

Suhu berkisar 37,8 – 40 derajat Celsius diketahui mempunyai manfaat untuk melawan infeksi.

3. Demam 40 derajat Celsius bisa rusak otak

Mitos:

Demam dengan suhu di atas 40 derajat Celsius dapat membahayakan dan merusak otak anak.

Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun

Fakta:

Demam yang terjadi saat tubuh mengalami infeksi tidak merusak otak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com