KOMPAS.com – Pernahkah Anda tiba-tiba melihat bintik atau ruam kemerahan pada tubuh anak yang sedang demam?
Ketika bintik merah sudah muncul di tubuh anak yang demam, orangtua sering kali menyebutnya sebagai gejala penyakit campak.
Padahal bintik merah tak selalu menandakan penyakit campak yang kerap disebut juga sebagai gabag dan karumut tersebut.
Terdapat sejumlah penyakit lain yang dapat menimbulkan gejala bintik merah seperti campak.
Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah (DBD)
Apa saja?
Melansir Buku Bertema dengan Demam (2017) oleh dr. Arifianto, Sp.A & dr. Nurul I. Hariadi, FAAP, campak berbeda dengan penyakit rubela.
Meski campak memiliki nama lain Rubella (measles), penyebab penyakit ini tetap saja adalah infeksi virus campak.
Sedangkan penyebab rubela adalah virus rubella.
Penyakit rubela dikenal juga dengan nama campak Jerman.
Gejala rubela memang hampir serupa dengan gejala campak, tapi lebih ringan, di mana demam tidak tinggi dan anak lebih aktif.
Sementara, gejala campak meliputi:
Jika campak dapat menyebabkan komplikasi pada anak berupa pneumonia, ensefalitis, dan subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) yang dapat berakibat kebutaan dan kematian pada penderitanya, rubela tidak demikian.
Baca juga: Orangtua Harus Paham, Kenali 11 Mitos Demam pada Anak
Pada anak yang sakit rubela hampir tanpa komplikasi, tetap dapat berakibat fatal jika menular ke ibu hamil di trimester pertama, yaitu sindrom rubela kongenital.
Roseola adalah penyakit yang disebabkan oleh human herpesvirus (HHV)-6 dan HHV-7.
Berbeda dengan campak dan rubela yang bisa diderita pada semua usia, roseola biasanya menyerang saat usia 6 bulan sampai 2 tahun, dan 95 persen aak berusia 12-18 tahun sudah pernah mengalami penyakit ini.
Gejala roseola, di antaranya yakni demam selama 3-4 hari, diikuti oleh ruam kemerahan, lalu demam biasanya akan mereda.
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster.
Baca juga: Alasan Tak Boleh Buru-buru Minum Obat Penurun Panas Saat Demam
Cacar air bisa dialami seseorang pada semua usia.
Gejala cacat air di antaranya yakni:
Hand foot and mouth disease (HFMD) yang dikenal dengan sebutan penyakit “flu singapur” adalah penyakit yang disebabkan oleh kelompok enterovirus, seperti Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71.
Penyakit ini terutama dialami di bawah usia 5 tahun.
Gejala flu singapur yang dapat dikenali di antaranya, yakni:
Tidak ada obat khusus untuk mengatasi "flu singapur", hanya pereda gejala seperti antipertik.
Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun
Penyakit Kawasaki terutama dialami oleh anak di bawah 5 tahun.
Sindrom Kawasaki adalah penyakit yang mempengaruhi banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan dinding pembuluh darah.
Tetapi, efek yang paling serius adalah pada jantung, di mana bisa menyebabkan dilasi aneurismal parah.
Gejala penyakit Kawasaki yang dapat dikenali, yakni sebagai berikut:
Komplikasi penyakit Kawasaki perlu diantisipasi karena bisa menimbulkan peradangan pembuluh darah arteri jantung yang berisiko fatal.
Baca juga: Alasan Air Hangat Lebih Tepat untuk Mengompres Anak Demam
Pengobatan untuk penyakit Kawasaki sendiri adalah dengan Gamaglobulin intravena (IVIg) dan aspirin, namun perlu terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.
Demam Scarlet adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptokokus beta hemolitikus.
Penyakit ini terutama menyerang anak usia 5-15 tahun.
Gejala demam scarlet yang bisa dikenali, yakni:
Demam Scarlet perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti demam rematik (dapat mengenai jantung, sendi, kulit, dan otak), glomerulonephritis (peradangan di ginjal), hingga pneumonia.
Pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi demam Scarlet adalah dengan antibiotik.
Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai dengan munculnya bintik merah yang mirip dengan campak.
Bercak merah ini biasanya akan hilang setelah hari ke 5-7.
Manifestasi ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.
Untuk memastikan kondisi DBD pada anak, orang tua perlu memahami gejala infeksi virus dengue lebih lanjut.
Baca juga: 3 Jenis Makanan untuk Mempercepat Penyembuhan Demam Berdarah (DBD)
Berikut ini gejala DBD yang bisa terjadi:
Dari banyak penyakit tersebut, dr. Arifianto dkk, dalam bukunya mengungkapkan, demam disertai ruam atau bintik merah yang tersering dialami anak adalah roseola, bukan campak.
Campak adalah infeksi virus yang menyembuh sendiri seiring waktu.
Pengobatan khusus diperlukan apabila terjadi komplikasi seperti pneumonia (radang paru-paru) dan esefalitis (radang selaput otak).
Jika anak mengalami batuk disertai sesak napas, maka segera bawa ke rumah sakit (RS) untuk mencari kemungkinan pneumonia yang mungkin membutuhkan perawatan.
Jika anak cenderung banyak tidur dan sulit dibangunkan, atau mengalami kejang, maka kemungkinan telah terjadi ensefalitis yang harus segera dibawa ke RS.
Baca juga: 5 Obat Darah Tinggi untuk Mengatasi Hipertensi
Kedua komplikasi ini sering menimbulkan kematian, maka pecegahan campak berupa imunisasi telah dilakukan sejak 1982 di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.