KOMPAS.com - Dalam proses menyusui, para ibu tentu kerap mendengar berbagai mitos tentang air susu ibu (ASI). Salah satunya mengenai kolostrum.
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan oleh kelenjar susu pada tahap akhir kehamilan hingga beberapa hari pasca-kelahiran.
Dalam beberapa adat dan budaya, ada kepercayaan yang menyebut kolostrum ini harus dibuang karena dianggap kotor atau basi.
Baca juga: Puting Lecet saat Menyusui Bayi, Begini Cara Mengatasinya...
Hal ini lantaran warna ASI awal itu terlihat kuning dan bertekstur kental sehingga sering dianggap bukan warna ASI yang baik.
Namun, pada kenyataannya, warna kuning keemasan kolostrum ini karena mengandung beta-karoten yang tinggi, bahkan 10 kali lipat dari ASI matang.
Selain itu, kolostrum juga mengandung banyak gizi, di antaranya kadar protein yang tinggi, vitamin larut lemak, mineral, antioksidan, serta immunoglobulin.
Kandungan nutrisi tersebut baik untuk tahap awal kehidupan bayi, terutama untuk imunitas.
Tapi, salah satu manfaat penting kolostrum lainnya adalah mencegah stunting atau gagal pertumbuhan pada anak.
Menurut studi yang dilakukan para peneliti Turki tahun 2007, risiko mengalami stunting meningkat pada anak yang tidak diberikan kolostrum.
"Ibu harus diberi tahu tentang manfaat pemberian ASI di layanan perawatan antenatal (sebelum kelahiran) selama kehamilan mereka dan mengajarkan praktik pemberian ASI yang tepat, termasuk pentingnya pemberian kolostrum," tulis para peneliti dalam abstrak yang dipublikasikan di The Turkish Journal of Pediatrics.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.