Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Stres Membuat Kita Rentan Jatuh Sakit?

Kompas.com - 03/12/2020, 08:45 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com- Tak sedikit orang yang jatuh sakit karena stres yang dialaminya.

Memang kita tak bisa menampik dampak nyata stres pada kondisi fisik kita.

Sudah banyak juga riset ilmiah yang membuktikan dampak stres pada kondisi fisik kita.

Dari data Cleveland Clinic, stres bisa memicu berbagai masalah kesehatan, seperti:

  • kegelisahan
  • pola tidur yang buruk
  • mudah marah
  • sulit fokus
  • pola makan buruk.

Baca juga: Erupsi Gunung Bisa Picu Masalah Pernapasan, Begini Cara Mencegahnya

Di sisi lain, Psikolog Klinis dari Cleveland Clinic, Adam Borland, mengatakan stres bisa membantu kita tetap waspada.

"Mengalami kecemasan dan kekhawatiran dalam tingkat wajar bisa membantu kita menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari,” kata Dr. Borland.

Terlebih lagi, memikirkan situasi yang membuat stres juga dapat membantu kita menemukan solusi untuk masalah tersebut.

Akan tetapi, Borland berkata stres bisa menyebabkan masalah ketika memengaruhi kemampuan kita untuk beraktifitas.

"Sayangnya, stres seringkali membuat kita susah tidur dan membuat kita mengalihkannya dengan makan berlebihan atau alkohol, hal itu dapat berdampak negatif pada kesehatan," ucapnya.

Selain itu, stre sjuga bisa menimbulkan masalah pada kesehatan kita. Akibatnya, kita menjadi rentan jatuh sakit.

Mengapa stres bisa menyebabkan kita mudah jatuh sakit?

Selama stres, sistem saraf parasimpatik tubuh aktif. Hal ini akan memicu respon "fight or flight", yangmembantu tubuh bersiap untuk bertahan atau melarikan diri dari ancaman.

Saat respon tersebut terjadi, kita bisa mengalami hal-hal berikut:

  • denyut jantung meningkat
  • napas cepat
  • sesak napas
  • pusing
  • sakit kepala
  • mual
  • otot menegang.

Baca juga: Musim Hujan Picu Serangan Asma, Begini Cara Mencegahnya

Semua respon fisik tersebut terjadi karena adanya pelepasan kortisol.

Kortisol adalah hormon yang memberi sinyal pada tubuh untuk melepaskan glukosa, sejenis gula yang memberikan energi ke otot.

Otot membutuhkan glukosa saat menghadapi pemicu stres. Kortisol juga menghambat produksi insulin dan mempersempit arteri.

Saat penyebab stres berllau, kadar kortisol biasanya kembali normal, dan tubuh akan pulih dari efeknya.Tapi saat terjadi stres kronis, kadar kortisol tetap tinggi.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan masalah pencernaan kronis seperti sindrom iritasi usus besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com