Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Gejala Sindrom Iritasi Usus yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 29/12/2020, 16:09 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Irritable bowel syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus dilaporkan mempengaruhi antara 6-18 persen orang di seluruh dunia.

Kondisi ini melibatkan perubahan frekuensi atau bentuk buang air besar (BAB) dan sakit perut bagian bawah.

Pola makan, stres, kurang tidur, dan perubahan bakteri usus dapat memicu gejala sindrom iritasi usus.

Baca juga: Kapan Harus Pergi ke Dokter Saat Diare?

Namun, pada masing-masing orang, pemicunya dapat berbeda-beda, sehingga sulit untuk menyebutkan makanan tertentu atau penyebab stres yang harus dihindari oleh setiap orang dengan gangguan sindrom iritasi usus.

Berikut ini adalah beragam gejala IBS yang paling umum terjadi dan apa saja yang harus dilakukan apabia Anda mencurigai mengalaminya:

1. Nyeri dan Kram

Melansir Health Line, sakit perut adalah gejala yang paling umum dan faktor kunci dalam diagnosis.

Biasanya, usus dan otak Anda bekerja sama untuk mengontrol pencernaan. Ini terjadi melalui hormon, saraf, dan sinyal yang dilepaskan oleh bakteri baik yang hidup di usus.

Pada kasus IBS, sinyal kerja sama ini menjadi terdistorsi, menyebabkan ketegangan yang tidak terkoordinasi dan menyakitkan pada otot-otot saluran pencernaan.

Nyeri ini biasanya terjadi di perut bagian bawah atau seluruh perut tetapi lebih kecil kemungkinannya hanya di perut bagian atas.

Nyeri biasanya berkurang setelah buang air besar.

Baca juga: 9 Penyebab BAB Berdarah yang Perlu Diwaspadai

Modifikasi diet, seperti diet rendah FODMAP diyakni dapat mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya.

Diet rendah FODMAP adalah diet yang menganjurkan seseorang untuk mengurangi atau menghindari makanan yang mengandung sumber karbohidrat yang struktur kimianya berantai pendek.

FODMAP sendiri merupakan singkatan dari jenis karbohidrat yang harus dihindari, yakni Fermentable Oligo, Disakarida, Monosakarida, dan Poliol.

Perawatan lain termasuk pelemas usus seperti minyak peppermint, terapi perilaku kognitif, dan hipnoterapi.

Untuk nyeri yang tidak merespons perubahan ini, ahli gastroenterologi dapat membantu penderita IBS menemukan obat yang secara khusus terbukti dapat meredakan nyeri IBS.

Baca juga: Penyebab Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya

2. Diare

IBS yang didominasi diare adalah salah satu dari tiga jenis utama gangguan ini.

Kondisi ini memengaruhi sekitar sepertiga dari pasien dengan sindrom iritasi usus.

Sebuah penelitian terhadap 200 orang dewasa menemukan bahwa mereka dengan IBS yang didominasi diare memiliki rata-rata 12 buang air besar setiap minggu atau lebih dari dua kali jumlah orang dewasa tanpa IBS.

Transit usus yang dipercepat di IBS juga dapat menyebabkan keinginan untuk BAB secara tiba-tiba.

Beberapa pasien menggambarkan ini sebagai sumber stres yang signifikan, bahkan menghindari beberapa situasi sosial karena takut diare tiba-tiba.

Selain itu, tinja pada tipe diare-dominan cenderung cair dan encer serta mungkin mengandung lendir.

3. Sembelit

Meskipun tampaknya berlawanan dengan yang dipikirkan, IBS nyatanya dapat menyebabkan sembelit serta diare.

Sindrom iritasi usus yang didominasi konstipasi adalah jenis yang paling umum, yakni memengaruhi hampir 50 persen orang dengan IBS.

Komunikasi yang berubah antara otak dan usus dapat mempercepat atau memperlambat waktu transit normal tinja.

Baca juga: 12 Cara Mengatasi Sembelit Secara Alami dan dengan Bantuan Obat

Ketika waktu transit melambat, usus menyerap lebih banyak air dari tinja, sehingga menjadi lebih sulit untuk dikeluarkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com