KOMPAS.com - Banyak orang percaya pola makan tertentu hingga waktu berhubungan seksual bisa menentukan jenis kelamin bayi.
Sayangnya, semua mitos tersebut belum terbukti kebenarannya. Dalam kehamilan, peluang memiliki bayi perempuan dan laki-laki seimbang, yakni 50:50.
Ada banyak mitos seputar penentuan jenis kelamin bayi. Berikut mitos tersebut:
1. Waktu berhubungan seks menentukan jenis kelamin bayi
Banyak orang percaya berhubungan seksual mendekati masa ovulasi meningkatkan kemungkinan sperma kromosom Y mencapai sel telur lebih dahulu.
Sebaliknya, hubungan seksual yang dilakukan jauh dari waktu ovulasi memungkinkan sperma kromosom X yang akan lebih dahulu membuahi sel telur.
Faktanya, hubungan seksual menjelang masa ovulasi hanya akan meningkatkan peluang pembuahan, tidak memengaruhi jenis kelamin bayi.
Baca juga: Tanda-Tanda Masa Subur untuk Tingkatkan Peluang Kehamilan
2. Wanita yang banyak mengonsumsi potasium besar kemungkinannya memiliki anak lelaki
Satu studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara kalium dan peluang untuk memiliki bayi laki-laki.
Sayangnya, temuan dalam studi tersebut tidak signifikan. Faktanya, hanya ada lima persen wanita dalam penelitian tersebut yang akhirnya memiliki anak laki-laki.
3. Mengubah faktor pH vagina bisa memengaruhi jenis kelamin bayi
Kondisi vagina dengan pH asam memang meningkatkan peluang wanita untuk mengandung bayi perempuan.
Sebaliknya, pH vagina yang basa meningkatkan peluang hamil bayi lelaki.
Akan tetapi, kondisi pH harus bersifat dan tidak boleh diubah dengan perlakuan tertentu, seperti membasuh vagina dengan cuka agar pH menjadi asam atau menggunakan larutan soda kue agar pHnya menjadi basah.
Cara ini justru bisa membahayakan wanita. Jadi, jangan coba-coba melakukannya.