Biasanya, distonia bisa didiagnosis dan diatasi olehahli saraf gangguan gerakan.
Serangkaian tes untuk mendiagnosis distonia bisa berupa berikut:
- Pemeriksaan riwayat pasien dan sejarah keluarga
- Pemeriksaan fisik untuk menilai fungsi sistem saraf
- Studi laboratorium seperti tes darah dan urine, serta analisis cairan serebrospinal
- Teknik perekaman listrik, seperti elektromiografi (EMG) atau elektroensefalografi (EEG)
- Pengujian genetik untuk memastikan distonia akibat keturunan
- Tes dan skrining tambahan untuk menyingkirkan kondisi atau gangguan lain.
Baca juga: Benarkan Minum Susu Bantu Menjaga Kesehatan Tulang?
Penyebab
Menurut data Mayo Clinic, hingga saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari distonia.
Namun, para ahli memperkirakan distonia terjadi akibat komunikasi sel saraf yang berubah di beberapa wilayah otak. Namun, distonia juga bisa terjadi karena faktor genetik.
Distonia juga bisa menjadi gejala penyakit atau kondisi lain, seperti:
- penyakit Parkinson
- Penyakit Huntington
- Penyakit Wilson
- Cedera otak traumatis
- Cedera lahir
- Stroke
- Tumor otak atau kelainan tertentu yang berkembang pada beberapa orang dengan kanker (sindrom paraneoplastik)
- Kekurangan oksigen atau keracunan karbon monoksida
- Infeksi, seperti tuberkulosis atau ensefalitis
- Reaksi terhadap obat tertentu atau keracunan logam berat.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, distonia juga bisa memicu komplikasi berikut:
- Cacat fisik yang memengaruhi kinerja dalam aktivitas sehari-hari atau tugas tertentu
- Gangguan penglihatan yang mempengaruhi kelopak mata
- Kesulitan menggerakan rahang, menelan atau berbicara
- Nyeri dan kelelahan, karena kontraksi otot yang konstan
- Depresi, kecemasan dan isolasi sosial.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.