Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyebab dan Cara Mengatasi Sariawan

Kompas.com - 18/03/2021, 08:44 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com- Sariawan mungkin terdengar seperti penyakit biasa yang tidak menular.

Faktanya, sariawan bisa terjadi karena infeksi virus yang bisa saja menular.

Penularan bisa terjadi ketika kita mencium seseorang, minum dari wadah yang sama, atau berbagi peralatan makan dengan orang lain.

Menurut dokter gigi Todd Coy, penyebab sariawan memang sulit ditentukan. Namun, seringkali penyebabnya adalah stres.

"Selain itu, sariawan bisa terjadi akibat efek cedera mulut," ucap dia.

Buah dan sayuran asam, termasuk lemon, jeruk, nanas, apel, tomat, dan stroberi, juga dapat memicu sariawan atau memperburuknya.

"Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti Motrin atau Advil, terkadang menyebabkan sariawan," tambah Coy.

Baca juga: 4 Masalah Pada Kaki Akibat Diabetes

Bagaimana mengobati sariawan?

Sariawan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah sekitar satu minggu.

Namun, bisa membuat Anda sulit makan atau berbicara. Itu sebabnya Anda perlu mencari cara untuk mengatasinya.

“Membilas mulut Anda dengan air garam yang sangat pekat beberapa kali sehari adalah salah satu cara termudah untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan yang disebabkan oleh sariawan,” kata Coy.

Campurkan sekitar satu sendok teh garam ke dalam setengah cangkir air hangat.

Setelah itu, gunakan campuran air dan garam tersebut untuk berkumur.

Penyebab lain sariawan

Sariawan bisa menjadi tanda adanya infeksi virus herpes simpleks (HSV) tipe 1. Gejala herpes mulut bisa berupa munculnya sensasi kesemutan di bibir diikuti dengan lepuh kecil berisi cairan. 

Gejala lain bisa berupa demam, sakit tenggorokan, atau pembengkakan kelenjar getah bening.

Jika Anda curiga mengalami infeksi HSV tipe 1, hindari berbagi cangkir atau peralatan makan dengan orang lain.

Baca juga: 3 Cara Atasi Eksim Pada Anak, Orangtua Wajib Tahu

 

Anda juga harus menghindari berciuman saat mengalani infeksi HSV tipe 1 paling sering menyebar saat seseorang sedang mengalami wabah.

"Sangat kecil kemungkinannya tetapi masih mungkin untuk menularkan virus kepada orang lain ketika Anda tidak memiliki tanda atau gejala," kata Coy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com