Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenali Penyebab Hipertensi Esensial dan Cara Mendeteksinya

Kompas.com - 04/04/2021, 12:12 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Hipertensi esensial adalah jenis tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

Jenis hipertensi ini paling umum terjadi dan juga dikenal dengan hipertensi primer.

Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk serangan jantung dan gagal jantung.

Hipertensi esensial memiliki penyebab yang sulit diidentifikasi.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Ibu Hamil?

Namun, faktor genetik dianggap berperan besar sebagai penyebab dalam hipertensi esensial.

Selain genetik, berikut faktor lain penyebab hipertensi esensial:

  • diet
  • stres
  • aktivitas fisik yang kurang
  • kelebihan berat badan.

Mendeteksi hipertensi

Pemeriksaan tekanan darah adalah cara terbaik untuk mendeteksi adanya hipertensi.
Jadi, penting untuk memahami cara mengukur tekanan darah Anda dan membaca hasilnya.

Pembacaan tekanan darah memiliki dua angka, biasanya ditulis dalam bentuk dua angka seperti 120/80.

Angka pertama adalah tekanan sistolik Anda. Tekanan sistolik mengukur kekuatan darah terhadap dinding arteri Anda saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Angka kedua mengukur tekanan diastolik Anda. Tekanan diastolik mengukur kekuatan darah Anda terhadap dinding arteri di antara detak jantung, saat otot jantung rileks.

Pembacaan tekanan darah Anda bisa naik atau turun sepanjang hari.

Tekanan darah bisa berubah setelah berolahraga, saat istirahat, saat Anda kesakitan, dan bahkan saat Anda stres atau marah.

Tekanan darah normal bisanya berkisar kurang dari 120/80 milimeter merkuri (mmHg).

Namun, seseorang bisa dikatakan mengalami tekanan darah tinggi jika memiliki tekanan sistolik 120 hingga 129 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg.

Anda juga bisa dikatakan mengalami hipertensi stadium 1 jika memilki tekanan sistolik 130 hingga 139 mmHg atau tekanan diastolik 80 hingga 89 mmHg.

Jika mengalami hipertensi stadium 2, biasanya tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmH.

Baca juga: Gejala Mirip, Apa Beda Serangan Jantung dan Pannick Attack?

Ketika mendiagnosis hipertensi, dokter biasanya juga mendeteksi masalah jantung dan ginjal dengan cara berikut:

  • Tes kolesterol untuk menguji  kadar kolesterol.
  • Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk membuat gambaran tentang kondisi jantung Anda.
  • Elektrokardiogram (EKG atau EKG). EKG merekam aktivitas listrik jantung Anda.
  • Tes ginjal dan fungsi organ lainnya, ttermasuk tes darah, tes urin, atau ultrasound untuk memeriksa bagaimana ginjal dan organ lain berfungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com