Hiperglikemia yang diinduksi stres terjadi ketika stresor fisik pada tubuh merangsang peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, yakni respons melawan atau lari tubuh untuk melepaskan sitokin dan hormon yang melawan efek insulin dalam menghilangkan kelebihan glukosa dari aliran darah.
Sitokin dan hormon ini seperti epinefrin meningkatkan produksi glukosa melalui pemecahan simpanan glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dan konversi sumber non-karbohidrat menjadi glukosa (glukoneogenesis).
Baca juga: Memahami Hubungan Gula Darah dan Insulin
Peningkatan kadar hormon stres kortisol yang juga dilepaskan, dapat menghalangi efek insulin mengambil glukosa dari aliran darah ke dalam sel, yang selanjutnya berkontribusi pada gula darah tinggi.
5. Operasi
Perubahan metabolisme glukosa yang terjadi dari stres fisik ke tubuh juga dapat terjadi setelah operasi.
Operasi adalah bentuk stres terkontrol pada tubuh yang menghasilkan peningkatan serupa pada sitokin dan hormon yang mendorong produksi glukosa di hati dan menghalangi efek insulin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Hingga 30 persen pasien dapat mengalami hiperglikemia akibat stres setelah operasi dengan kadar gula darah yang tetap tinggi lama setelah pulang dari rumah sakit.
Peningkatan gula darah setelah operasi dapat memiliki efek yang signifikan pada kesehatan secara keseluruhan, dan meningkatkan risiko terkena diabetes dan kondisi serius lainnya.
6. Infeksi
Hiperglikemia yang diinduksi stres juga dapat diakibatkan oleh stres fisik akibat infeksi, seperti pneumonia (radang paru-paru) atau infeksi saluran kemih.
Baca juga: 3 Cara Mendiagnosis Pneumonia yang Penting Diketahui
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.