Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Susah Tidur di Tempat Baru? Begini Penjelasan ilmiahnya

Kompas.com - 22/08/2021, 19:31 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian orang merasa susah tidur ketika berada di tempat baru.

Ketika melakukan traveling di suatu tempat, serig kali kita tidak bisa tidur nyenyak di penginapan, padahal badan sudah terasa lelah.

Melansir dari Medical News Today, para ahli sudah bisa menjelaskan fenomena ini secara ilmiah.

Mereka menyebut fenomena ini sebagai first night effect (FNE) atau efek malam pertama.

Baca juga: Manfaat Tidur Telanjang bagi Kesehatan

Gejala serangan jantung saat tidur, seperti nyeri dada dan muncul keringat dingin penting dikenali untuk dapat dikonsultasikan segera dengan dokter.

Para peneliti dari Brown University di Rhode Island, yang dipimpin oleh Yuka Sasaki, mulai menyelidiki fenomena aneh itu secara lebih mendalam.

Tim ingin tahu mengapa FNE terjadi dan apakah ada manfaatnya.

Menggunakan teknik neuroimaging canggih untuk mengambil snapshot dari otak tidur, tim membangun gambaran rinci tentang aktivitas tidur selama malam pertama di lokasi baru.

Pengukuran termasuk magnetoencephalography, MRI struktural (magnetic resonance imaging), dan polisomnografi (mengukur kadar oksigen darah, pernapasan dan detak jantung, serta gerakan mata dan kaki).

Tidur gelombang lambat, bukan tidur REM (rapid eyes movement) adalah parameter utama yang menjadi fokus tim karena bertindak sebagai pengukuran langsung kedalaman tidur individu.

Sasaki dan timnya terkejut dengan hasilnya.

Mereka menemukan bahwa selama malam pertama tidur, sisi kiri otak secara signifikan kurang tidur daripada kanan.

Baca juga: Manfaat Tidur Tanpa Celana Dalam, Wanita Wajib Tahu

Di samping itu, kedua belahan tidak tidur dalam jumlah yang sama, mereka menunjukkan pola yang sangat berbeda.

Salah satu ukuran utama FNE adalah lamanya waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tidur tergantung pada tingkat asimetri antara belahan.

Dengan kata lain, semakin berbeda perilaku kedua sisi otak, semakin lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tertidur.

Bagian kedua percobaan menunjukkan bahwa belahan kiri lebih sensitif terhadap rangsangan suara eksternal selama tidur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com