Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Makanan yang Baik untuk Perkembangan Otak Anak

Kompas.com - 22/09/2021, 08:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Jika memiliki buah hati, Anda mungkin ingin selalu memastikan bahwa mereka mendapat nutrisi yang baik sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang paling sehat.

Nutrisi yang tepat penting untuk semua aspek kesehatan, termasuk pertumbuhan dan fungsi otak.

Pertumbuhan otak yang cepat terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan anak.

Faktanya, otak anak Anda mencapai 80 persen dari berat dewasanya pada saat mereka mencapai usia 2 tahun.

Otak anak Anda terus berkembang hingga masa remaja, terutama di korteks prefrontal, area otak yang dikenal sebagai "pusat kepribadian".

Ini adalah area otak yang terkait dengan perencanaan, memori, pengambilan keputusan, dan fungsi eksekutif lainnya.

Baca juga: 9 Makanan yang Mengandung Karbohidrat Tinggi untuk Dihindari Saat Diet

Semua nutrisi penting untuk fungsi otak yang tepat.

Namun, penelitian telah menunjukkan nutrisi dan makanan tertentu mendukung perkembangan otak dan bermanfaat bagi fungsi kognitif sepanjang masa kanak-kanak dan remaja.

Berikut ini 9 makanan yang baik untuk pertumbuhan otak anak, seperti dilansir dari Healthline.

1. Telur

Telur sarat dengan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan fungsi kognitif, termasuk kolin, vitamin B12, protein, dan selenium.

Kolin adalah nutrisi yang sangat penting untuk perkembangan otak.

Faktanya, tinjauan tahun 2020 terhadap 54 studi menunjukkan bahwa menambahkan kolin ke dalam makanan anak selama 1.000 hari pertama kehidupan dapat mendukung perkembangan otak, melindungi terhadap kerusakan sel saraf, dan meningkatkan fungsi kognitif.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa pola diet yang mengandung telur dan makanan sehat lainnya, seperti kacang-kacangan dan buah, dikaitkan dengan skor IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola diet tinggi makanan manis seperti kue dan permen.

Dua butir telur utuh menyediakan 294 gram kolin, yang mencakup 100 persen kebutuhan kolin untuk anak usia 1–8 tahun dan lebih dari 75 persen kebutuhan untuk anak dan remaja usia 9–13 tahun.

2. Buah beri

Buah beri dikemas dengan senyawa tanaman bermanfaat yang disebut anthocyanin.

Para ilmuwan telah menemukan anthocyanin dapat bermanfaat bagi kesehatan otak.

Senyawa ini dapat meningkatkan aliran darah ke otak, memberikan efek anti-inflamasi, dan meningkatkan produksi sel saraf baru dan ekspresi protein tertentu.

Ini termasuk faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF), yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.

Hasil dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa asupan berry secara positif mempengaruhi fungsi kognitif pada anak-anak.

Sebagai contoh, sebuah penelitian pada 14 anak usia 7-10 tahun menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 200 gram minuman blueberry yang kaya akan flavonoid memiliki kinerja yang jauh lebih baik dalam tes ingatan kata.

Terlebih lagi, penelitian telah mengaitkan asupan buah beri yang rendah, bersama dengan buah-buahan dan sayuran lainnya, dengan fungsi kognitif yang lebih buruk pada anak-anak usia 6-8 tahun.

Asupan berry yang tinggi juga dikaitkan dengan kinerja akademik yang lebih baik dalam sebuah penelitian yang melibatkan 2.432 remaja laki-laki dan perempuan.

Baca juga: 6 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Ginjal

3. Makanan Laut

Makanan laut adalah sumber yang sangat baik dari banyak nutrisi yang sangat penting untuk fungsi otak, termasuk lemak omega-3, yodium, dan seng.

Misalnya, tubuh membutuhkan seng untuk produksi dan perkembangan sel saraf, sedangkan lemak omega-3 diperlukan untuk fungsi otak yang normal.

Tubuh membutuhkan yodium untuk memproduksi hormon tiroid, yang berperan penting dalam perkembangan otak.

Banyak penelitian telah mengaitkan konsumsi makanan laut dengan fungsi kognitif yang lebih baik pada anak-anak dan remaja.

Faktanya, penelitian telah mengaitkan makan ikan dengan skor IQ yang lebih tinggi dan peningkatan kinerja sekolah pada anak-anak.

Terlebih lagi, kadar lemak omega-3 dalam darah yang rendah dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif pada anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com