Orang yang memiliki orang tua, saudara kandung, atau anak dengan IBD berada pada risiko yang jauh lebih tinggi untuk memiliki kondisi ini.
Oleh karena itu, para ilmuwan pun melihat faktor genetika sebagai salah satu faktor risiko radang usus.
Sistem kekebalan juga dapat berperan dalam kondisi ini.
Sistem kekebalan biasanya mempertahankan tubuh dari patogen, yang merupakan organisme penyebab penyakit dan infeksi.
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan dapat memicu respons imun.
Saluran pencernaan menjadi meradang saat tubuh mencoba untuk membuat respons imun untuk melawan bakteri atau virus.
Dalam respons imun yang sehat, peradangan hilang ketika infeksi hilang.
Namun, pada orang dengan IBD, peradangan saluran pencernaan dapat terjadi bahkan ketika tidak ada infeksi.
Sistem kekebalan malah menyerang sel-sel tubuh sendiri. Kondisi ini dikenal sebagai respons autoimun.
IBD juga dapat terjadi ketika peradangan tidak hilang setelah infeksi sembuh.
Peradangan dapat berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Baca juga: Apa Gejala yang Dirasakan Penderita Kanker Usus Stadium 4?
Merokok adalah salah satu faktor risiko utama untuk mengembangkan penyakit Crohn.
Merokok juga memperburuk rasa sakit dan gejala lain yang terkait dengan penyakit Crohn.
Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Menurut penelitian, kelompok etnis tertentu, termasuk orang kulit putih dan Yahudi Ashkenazi, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi tersebut.