Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Jenis Diet Populer untuk Dapatkan Tubuh Ideal yang Layak Dicoba

Kompas.com - 01/01/2022, 16:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Proses memasak sebenarnya untuk memecah bahan kimia beracun dalam beberapa makanan, dan lainnya membawa risiko keracunan makanan.

Baca juga: 3 Jenis Diet yang Paling Banyak Dicari Selama Pandemi Covid-19

7. Diet intermiten

Mengutip Food Spring, diet jenis ini bisa disebut juga dengan puasa dengan interval waktu tertentu.

Diet intermiten memungkinkan kamu makan apa pun yang diinginkan, asalkan tidak selama waktu puasa.

Metode diet ini yang paling umum adalah dengan melewatkan waktu sarapan atau makan malam.

Saat waktu makan tiba, dianjurkan untuk memilih makanan yang tinggi protein dan karbohidrat kompleks, agar tetap keyang dan puas selama jam-jam lapar selanjutnya.

Ada pun beberapa makanan yang direkomendasikan untuk disantap saat waktu makan tiba, meliputi:

  • Roti gandum utuh, pasta, nasi.
  • Daging, ikan.
  • Telur.
  • Keju cottage tanpa lemak.
  • Buah-buahan dan sayur-sayuran.
  • polong-polongan.
  • Alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak.

Poin dari jenis diet ini bukan membatasi makanan untuk dimakan, tetapi mengontrol kapan seseorang harus makan.

Dengan demikian, dapat dilihat lebih sebagai pola makan dari pada diet dan berikut beberapa metode yang umum dilakukan:

  • Metode 16/8: melewatkan sarapan dan membatasi waktu makan harian hingga 8 jam, kemudian berpuasa selama 16 jam tersisa dalam sehari.
  • Metode makan-berhenti-makan: melibatkan puasa 24 jam sekali atau dua kali seminggu pada hari-hari yang tidak berurutan.
  • Diet 5:2: pada dua hari yang tidak berurutan dalam seminggu, diharuskan membatasi asupan hingga 500–600 kalori. Lima hari selanjutnya tidak perlu membatasi asupan apa pun.
  • The Warrior Diet: makan sedikit buah-buahan dan sayuran mentah di siang hari dan satu kali makan besar di malam hari.

Baca juga: Tidak Menyiksa, Inilah Deretan Keunggulan dari Diet Pescatarian

Diet intermiten biasanya digunakan untuk menurunkan berat badan karena menyebabkan pembatasan kalori yang relatif mudah.

Jenis diet ini bisa membuat seseorang makan lebih sedikit kalori secara keseluruhan, selama tidak mengimbanginya dengan makan lebih banyak selama waktu makan.

Diet intermiten umumnya sangat berhasil untuk menurunkan berat badan.

Telah terbukti menyebabkan penurunan berat badan 3-8 persen selama periode 3-24 minggu, yang jauh dibandingkan dengan kebanyakan diet penurunan berat badan

Manfaat diet intermiten ini selain menurunkan berat badan, juga dapat:

  • Mengurangi gejala peradangan, kadar kolesterol, trigliserida darah, dan kadar gula darah. 
  • Meningkatkan tingkat metabolisme sebesar 3,6-14 persen dalam jangka pendek.
  • Dikaitkan dengan peningkatan kadar hormon pertumbuhan manusia (HGH), sensitivitas insulin, perbaikan sel, dan ekspresi gen yang berubah.

Penelitian pada hewan juga menunjukkan bahwa diet intermiter dapat membantu sel-sel otak baru tumbuh, memperpanjang umur, dan melindungi terhadap penyakit Alzheimer dan kanker.

Meskipun puasa intermiten aman untuk orang yang bergizi baik dan sehat, itu tidak semua orang cocok, seperti:

  • Orang yang sensitif terhadap penurunan kadar gula darah
  • Wanita hamil.
  • Ibu menyusui.
  • Remaja, anak-anak, dan orang yang kekurangan gizi, kekurangan berat badan, atau kekurangan gizi.

Baca juga: Panduan Diet Hipertensi untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

8. Diet ultra rendah lemak

Mengutip Healthline, diet ultra rendah lemak membatasi konsumsi lemak dari kalori harian di bawah 10 persen.

Oleh karena itu, umumnya pola makannua sangat tinggi karbohidrat (sekitar 80 persen kalori) dan rendah protein (10 persen kalori).

Jenis diet ini telah terbukti sangat berhasil untuk menurunkan berat badan orang dengan obesitas.

Dalam satu penelitian, orang gemuk kehilangan rata-rata 63 kg dengan diet ultra-rendah lemak ini.

Studi 8 minggu dengan diet yang mengandung 7-14 persen lemak menunjukkan penurunan berat badan rata-rata 6,7 kg.

Studi menunjukkan bahwa diet ultra rendah lemak dapat meningkatkan beberapa faktor risiko penyakit jantung, termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penanda peradangan.

Diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak ini juga dapat menyebabkan perbaikan yang signifikan pada diabetes tipe 2.

Selain itu, jenis diet ini dapat memperlambat perkembangan multiple sclerosis.

Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik di mata.

Hanya saja, diet ini bisa saja memicu masalah kesehatan jangka panjang, karena pembatasan lemak. Padahal, lemak memainkan banyak peran penting dalam tubuh.

Baca juga: Sering Dikonsumsi sebagai Menu Diet, Amankah Makan Sayuran Mentah?

9. Diet mediterania

Mengutip Medical News Today, diet Mediterania sebenarnya adalah kebiasaan makan rakyat Kreta, Yunani, dan Italia selatan dalam memperoleh gizi untuk tubuh.

Diet Mediterania adalah diet yang paling banyak dipelajari hingga saat ini, dengan penelitian andal yang mendukung penggunaannya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dan menurunkan risiko penyakit.

Jenis diet ini menekankan untuk banyak makan makanan nabati, buah-buahan segar sebagai makanan penutup.

Kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun sebagai sumber utama lemak nabati.

Keju dan yogurt adalah makanan utama dari bahan susu. Diet ini juga mencakup:
Ikan dan unggas dalam jumlah sedang, hingga sekitar 4 telur per minggu.
Daging merah dalam jumlah kecil.

Mengutip Food Spring, diet Mediterania dalam beberapa kasus menghindari daging merah sepenuhnya. Makanan olahan umumnya juga dihindari.

Baca juga: Panduan Diet untuk Pasien Diabetes

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com