KOMPAS.com - Hidup dengan kondisi berat badan berlebihan atau obesitas memiliki beberapa akibat pada kesehatan.
Perlu diketahui, obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan karena ketidakseimbangan asupan sumber energi dengan energi yang dikeluarkan tubuh dalam waktu lama.
Menurut Kementerian Kesehatan, ambang batas indeks massa tubuh (IMT) normal untuk masyarakat Indonesia berada di kisaran 18,5—25.
Seseorang dianggap memiliki obesitas ringan apabila memiliki IMT antara 25,1—27 dan obesitas berat apabila memiliki IMT di atas 27.
Baca juga: Kenali Apa itu Obesitas Sentral, Perut Buncit yang Perlu Diwaspadai
IMT dapat diketahui dengan menghitung secara manual atau menggunakan kalkulator indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) yang banyak tersedia secara daring.
Penyebab obesitas di antaranya gaya hidup tidak sehat, genetik, ketidakseimbangan hormon, masalah psikologis, sampai efek samping obat tertentu.
Namun, kebanyakan obesitas disebabkan gaya hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi lemak jahat dan kalori, kurang gerak, dan tidak pernah olahraga.
Berikut akibat obesitas pada kesehatan sampai pencegahannya yang perlu Anda ketahui.
Baca juga: 6 Cara Mencegah Obesitas pada Anak, Perlu Dimulai sejak Lahir
Obesitas bisa memiliki dampak buruk pada kesehatan karena masalah ini memicu gangguan metabolisme sampai hormon.
Dikutip dari WHO European Regional Obesity Report 2022, berikut beberapa akibat obesitas pada kesehatan yang pantang disepelekan:
Obesitas terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, gangguan tidur apnea, sampai berisiko terkena Covid-19 dengan gejala parah.
Gangguan metabolisme pada penderita obesitas juga bisa menyebabkan penyakit fatty liver atau perlemakan hati non-alkohol.
Masalah berat badan berlebih terkait obesitas ternyata juga bisa memicu komplikasi muskuloskeletal atau tulang, sendi, dan otot. Penderita obesitas rentan mengalami pengeroposan tulang dan sendi, penyakit rematik, sampai sakit punggung kronis.
Penelitian menunjukkan, terdapat kaitan erat antara obesitas dan depresi pada orang dewasa. Obesitas dapat meningkatkan risiko depresi. Sebaliknya, depresi juga bisa meningkatkan risiko obesitas.
Baca juga: 7 Penyebab Obesitas pada Anak, Bukan Hanya Pola Makan Tak Sehat
Obesitas bisa mengganggu kinerja tubuh dalam menggunakan hormon insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal ini bisa meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes mellitus.
Akibat obesitas yang penting diwaspadai lainnya yakni penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, sampai peningkatan risiko gagal jantung.
Kelebihan berat badan atau obesitas membuat ginjal harus bekerja ekstra keras, dengan menyaring darah lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Kondisi ini lambat laun bisa merusak ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronis.
Akibat obesitas juga dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit kanker seperti payudara, kolorektal atau usus, kandung empedu, pankreas, hati, ginjal, lambung, esofagus, tiroid, ovarium, dan darah. Obesitas juga bisa memperparah kanker dan meningkatkan risiko kematian akibat kanker.
Baca juga: 12 Ciri-ciri Obesitas pada Anak, Orangtua Perlu Tahu
Ada beberapa langkah pencegahan obesitas yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
Dengan konsisten menerapkan langkah-langkah pencegahan obesitas di atas, Anda satu langkah lebih maju untuk mengurangi akibat obesitas pada kesehatan.
Baca juga: Kenali IMT (Indeks Massa Tubuh) Ciri-ciri Obesitas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.