Kompas.com - Kateter urine yang digunakan pasien di rumah sakit karena tidak bisa mengosongkan kandung kemih secara normal.
Kateter urine biasanya digunakan dalam prosedur medis seperti proses persalinan dan operasi caesar, pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau pasca operasi.
Kateter urine yang terbuat dari bahan plastik, lateks, silikon, atau logam, biasanya dipasang melalui saluran kencing (uretra), kemudian dikunci dengan menggembungkan balon di ujung kateter.
Pasien dapat langsung buang air kecil menggunakan selang kateter lalu air kencing akan ditampung di kantong urine.
Baca juga: Kenali Apa itu Kateter Urine, Fungsi, dan Jenisnya
Pemakaian kateter memang bisa membantu seseorang untuk buar air kecil, namun risikonya bisa menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih (ISK).
ISK karena kateter bisa diderita pasien saat alat tersebut masih digunakan, terutama dalam jangka waktu lama. Hal itu karena bakteri atau jamur dapat masuk ke saluran kemih melalui alat bantu kencing tersebut.
Bakteri atau jamur yang masuk lewat kateter dapat berkembangbiak dan menyebabkan infeksi saluran kemih terkait kateter atau disebut CAUTI.
Parahnya, bakteri dari tinja yaitu Escherichia coli juga bisa masuk ke saluran kencing karena selang kateter.
Dilansir dari Healthline, bakteri Escherichia coli dapat membuat ISK semakin parah karena bisa memengaruhi kinerja organ ginjal, kandung kemih, serta tabung yang menghubungkan keduanya.
Kondisi bisa semakin memburuk jika kateter dan alat-alat kesehatan lainnya tidak dibersihkan secara teratur dan benar.
Baca juga: Kenali Pemeriksaan Protein Urine untuk Melihat Fungsi Ginjal
Menurut American Association of Critical-Care Nurses, infeksi saluran kemih karena kateter sebenarnya memiliki gejala yang mirip dengan ISK pada umumnya, seperti:
Jika pengguna kateter mengalami gejala ISK di atas, dokter biasanya akan merekomendasikan urinalisis. Tes ini berguna untuk mendeteksi sel darah dalam urine Anda
Selain itu, ada tes lain yang bisa Anda jalani yaitu kultur urine yang bermanfaat untuk mengidentifikasi bakteri atau jamur di dalam urin Anda.
Setelah dilakukan diagnosis, penderita ISK harus mendapatkan perawatan cepat agar menyebabkan infeksi ginjal yang lebih serius.
Baca juga: Kenali Gejala Inkontinensia Urine Berdasarkan Jenisnya
Dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik untuk membunuh bakteri berbahaya. Apabila infeksi menyebabkan kejang kandung kemih, dokter Anda mungkin meresepkan anti-spasmodik untuk mengurangi nyeri kandung kemih.
Selain mengonsumsi obat dokter, Anda harus meningkatkan asupan cairan agar bakteri bisa terbuang saat Anda buang air kecil.
Anda juga wajib menghindari minuman mengadung alkohol, kafein, serta soda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.