KOMPAS.com - Alat kontrasepsi rahim atau Intraurine device (IUD) yang digunakan sebagian wanita, dapat bergeser dan keluar dari area pemasangannya. Hal ini dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, rahim berlubang, hingga infeksi.
Di Indonesia, IUD sering disebut sebagai spiral atau coil. Ini merupakan perangkat kontrasepsi berukuran kecil, sering berbentuk 'T' yang dimasukan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
IUD adalah bentuk pengendalian kelahiran yang terbilang aman dan efektif. Kendati begitu, IUD dapat bergeser yang mengakibatkan risiko kehamilan atau komplikasi lainnya.
Baca juga: Kenali Kekurangan dan Kelebihan Alat Kontrasepsi untuk Cegah Kehamilan
IUD dapat berpindah dari tempatnya dalam beberapa bulan awal setelah Anda memasangnya. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang membuat IUD bergerak yaitu:
Jika IUD Anda hanya bergeser sedikit, Anda mungkin tidak merasakan tanda-tanda apa pun.
Namun, jika IUD sudah keluar dari tempatnya, ada beberapa tanda yang mungkin Anda rasakan, seperti:
Baca juga: Bisa Gantikan Alat Kontrasepsi, Begini Cara Melacak Jadwal Ovulasi
IUD dikenal sebagai alat kontrasepsi praktis karena sekali pasang bisa bertahan sampai 5 tahun. KB spiral ini juga diakui efektivitasnya.
Meski bisa digunakan hingga 5 tahun, wanita yang memakai IU sebagai alat KB tetap harus melakukan kontrol rutin ke dokter kandungan.
Kontrol pertama biasanya dilakukan 1 minggu setelah pemasangan. Kemudian, kontrol kedua dilakukan pada 1 bulan setelahnya yang dilanjutkan tiap setahun sekali.
Kontrol rutin dengan dokter kandungan ditujukan untuk memastikan IUD masih terpasang di tempatnya alias tidak geser.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.