Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Kekeliruan Tujuan Terapi Diabetes (Bagian II)

Kompas.com - 08/08/2022, 15:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEKELIRUAN memahami konsep penyakit diabetes berakibat fatal. Konsep yang keliru mengakibatkan kekeliruan dalam menentukan tujuan terapi diabetes melitus.

Akhirnya pengobataN diabetes menjadi tidak ada akhir. Sekali lalai mengakibatkan kondisi penyakit semakin berat. Pengobatan hanya semata menunda kematian yang pasti datang.

Baca juga: Kekeliruan Memahami Konsep Diabetes (Bagian I)

Selama ini tujuan dari pengobatan diabetes adalah pengendalian kadar gula darah. Mengapa? Karena kadar gula darah yang tinggi dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit.

Namun sayangnya tidak pernah dijelaskan bagaimana hubungan terjadinya komplikasi tersebut dengan peningkatan kadar gula darah.

Semuanya berawal dari pemahaman yang keliru tentang konsep penyakit. Keliru memandang penyakit ini disebabkan oleh kekurangan insulin. Akibatnya keliru pula dalam menentukan tujuan pengobatan.

Masalah yang ditimbulkan oleh kondisi hiperglikemik adalah gangguan keseimbangan cairan. Masalah inilah yang seharusnya jadi fokus tujuan pengobatan diabetes.

Bahkan pemberian insulin pada dasarnya untuk mengatasi gangguan keseimbangan cairan. Bukan untuk menurunkan kadar gula darah semata.

Akibat dari peningkatan kadar glukosa darah terjadi peningkatan kekentalan darah. Tekanan osmotik darah meningkat.

Jika peningkatan tekanan osmotik ini tidak terlalu hebat, dapat diatasi dengan proses osmosis. Terjadi perpindahan cairan ke dalam pembuluh darah (intravaskuler).

Perpindahan cairan ini akan meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskuler, khususnya arteri. Peningkatan tekanan darah ini pada awalnya bersifat sementara. Peningkatan tekanan darah mengakibatkan laju aliran darah meningkat ke ginjal.

Ginjal akan melakukan proses keseimbangan, dengan mengeluarkan kelebihan gula melalui urin. Jika urin yang dikeluarkan cukup banyak, maka cairan yang dikeluarkan juga banyak.

Jika kehilangan cairan ini tidak dikompensasi, maka akan mengakibatkan penurunan volume cairan darah (hipovolemik).

Kondisi hipovolemik menurunkan tekanan darah. Aliran darah melambat. Jika tidak segera dikompensasi lewat pemberian cairan akan memicu reaksi keseimbangan.

Reaksi ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan cairan dan meningkatkan laju aliran darah. Reaksi keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin dan hormon vasopresin.

Sistem renin angiotensin akan mengakibatkan pembuluh darah kapiler menyempit. Sehingga pengeluaran cairan di kapiler glomerulus ginjal berkurang. Akibat penyempitan kapiler tekanan hidrostatik akan meningkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau