KOMPAS.com - Makan gorengan sembari menyesap secangkir kopi atau teh memang nikmat rasanya.
Selain menjadi camilan, gorengan juga kerap digunakan sebagai lauk atau pendamping makanan.
Banyak orang berpikir bahwa rasanya ada yang kurang jika makan atau bersantai tanpa gorengan.
Tapi, sudah tahukah Anda bahwa dibalik kelezatan gorengan menyimpan hal buruk untuk kesehatan?
Melansir Healthline, memasak gorengan tentu membutuhkan banyak minyak agar matang sempurna. Selain itu, gorengan biasanya dibuat dengan tambahan tepung atau adonan khusus.
Saat digoreng dengan minyak, makanan tersebut akan kehilangan air dan menyerap lemak. Akibatnya, kandungan kalori didalamnya semakin meningkat.
Selain tinggi kalori, makanan yang digoreng juga tinggi kandungan lemak transnya. Lemak trans terbentuk ketika lemak tak jenuh mengalami proses yang disebut hidrogenasi.
Hidrogenasi terjadi saat minyak dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi selama memasak.
Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak, membuatnya sulit untuk dipecah oleh tubuh, yang pada akhirnya dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan.
Seperti yang kita tahu, memasak gorengan membutuhkan suhu tinggi. Minyak pada suhu yang tinggi akan membentuk lemak trans.
Terlebih lagi, gorengan sering kali dimasak dengan minyak sayur atau biji olahan, yang mungkin mengandung lemak trans sebelum dipanaskan.
Baca juga: 12 Penyebab Haid Tidak Lancar, dari Stres hingga Penyakit
Meski nikmat, kita tetap tidak boleh terlalu banyak mengonsumsinya. Mengonsumsi banyak gorengan bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, seperti berikut:
Penelitian dalam Jurnal Health membiktokan bahwa konsumsi gorengan bisa menignkatkan risiko kejadian kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, gorengan mengandung lemak trans yang tinggi. Lemak trans ini bisa meningkatkan kadar kolesterol darah, yang pada akhirnya menjadi akar dari berbagai gangguan jantung dan pembuluh darah.
Riset dalam American Journal of Clinical Nutrition 14 yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa seringnya konsumsi makanan yang digoreng secara signifikan dikaitkan dengan risiko pengembangan diabetes tipe 2.