"Tingkat pendidikan rendah, sosial ekonomi rendah, ditambah kecanduan merokok tentunya akan menjadikan remaja kita di masa depannya lebih suram," lanjutnya.
Belum lagi, Dr. Dimas Dwi Saputro, Sp.A mengatakan bahwa ada risiko kesehatan dari kebiasaan merokok sejak usia remaja, seperti berkembangnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, bronkitis, asma, dan lain sebagainya di usia produktif di masa datang.
"Kalau anak remaja sekarang berisiko sakit-sakitan karena merokok, apakah kita bisa merasakan bonus demografi pada 2045?" ucap Dr. Dimas sebagai Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI.
Pada 2045, diproyeksikan Indonesia akan mendapatkan generasi emas dari bonus demografi karena 70 persen penduduknya akan berada dalam usia produktif dengan pendapatan per kapita 47.000 USD (tujuh kekuatan ekonomi terbesar di dunia).
Baca juga: 8 Macam Kerusakan Organ karena Efek Merokok yang Harus Diwaspadai
Dr. Angga mengatakan bahwa tingginya jumlah perokok remaja di Indonesia karena beberapa alasan, seperti:
Baca juga: 10 Penyakit Kronis sebagai Efek Merokok yang Harus Diwaspadai
Remaja bisa sampai pada tingkat adiksi rokok melalui beberapa tahapan, yaitu:
Sementara, Dr. Angga mengatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi remaja Indonesia kecanduan rokok. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Baca juga: Paparan Asap Rokok Bisa Jadi Faktor Tak Langsung Penyebab Stunting
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.