Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Mematikan Penyakit TBC? Ini Kata Spesialis Paru…

Kompas.com - 13/05/2025, 20:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit tuberkulosis (TB) menjadi penyebab 10 juta orang jatuh sakit setiap tahun di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatatkan bahwa TB sebagai penyakit menular nomor satu di dunia yang menyebabkan kematian, khususnya pada penderita HIV.

Pada data 2023, tercatat ada sekitar 1,25 juta orang mengalami kematian akibat tuberkulosis setiap tahunnya.

Baca juga: Kenapa Kasus Tuberkulosis Masih Jadi Perhatian Dunia? Ini Kata Ahli...

“Apalagi, kalian tahu enggak sih Indonesia ini ranking dua lho di dunia kalau kita melihat jumlah pasien tuberkulosisnya,” ujar Dokter Spesialis Paru Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam siarannya di akun Instagram Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Minggu (11/5/2025).

Merujuk data WHO 2023, kasus tuberkulosis di Indonesia berkontribusi 10 persen dari kasus di dunia, setelah India (26 persen).

“Jadi, kalau di dunia ada 10 jutaan kasus tuberkulosis, di Indonesia ini ada 1.000.000 kasus. Bayangkan, kita harus segera mengatasi ini,” ujarnya.

Baca juga: Apakah Kita Kelinci Percobaan Vaksin TBC Bill Gates? Ini Kata Sang Peneliti…

Mengapa tuberkulosis mematikan?

Mengutip Medical News Today, TB terjadi ketika bakteri Mycobacterium tuberculosis menginfeksi paru-paru.

Jika seseorang tidak menerima perawatan tuberkulosis, penyakit menular ini dapat berakibat fatal.

Pasalnya, tanpa pengobatan, tingkat kematian penderita TB akan lebih dari 50 persen.

Kematian akibat tuberkulosis bisa terjadi karena dipicu komplikasi serius, seperti:

  • Kerusakan paru-paru yang meluas
  • Sindrom gangguan pernapasan akut, yaitu penumpukan cairan di paru-paru, sehingga paru-paru tidak dapat terisi udara;
  • Empiema, yaitu penumpukan nanah di ruang antara paru-paru dan membran di sekitarnya;
  • Amiloidosis sistemik, yaitu penumpukan protein amiloid di dalam organ, sehingga organ tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik;
  • Kerusakan pada ganglia simpatis servikal yang menyebabkan sindrom Horner, yaitu gangguan pada jalur saraf yang memengaruhi satu wajah dan kepala;
  • Penyebaran milier, yang mengacu pada penyebaran TB ke beberapa bagian tubuh;
  • Pneumothorax atau paru-paru kolaps, yang terjadi ketika udara bocor ke dalam ruang antara paru-paru dan dinding dada;

Baca juga: TBC Jadi Penyakit Mematikan di Dunia dengan 8,2 Juta Kasus Baru

Adapun beberapa faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat tuberkulosis, meliputi:

  • Usia lebih tua, anak kecil, atau bayi
  • Menunda pengobatan
  • Menggunakan ventilator mekanik untuk bernapas
  • Penyerapan infeksi yang luas dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya
  • Imunosupresi karena mengalami HIV atau menggunakan obat-obatan jangka panjang yang menurunkan kekebalan tubuh.

Selain itu, resistensi obat juga menjadi faktor tambahan yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami kematian akibat tuberkulosis.

Resistensi obat terjadi ketika obat-obatan yang digunakan untuk mengobati TB tidak lagi bisa membunuh bakteri penyebabnya.

Penanganan penyakit TB yang sudah resisten terhadap obat terkenal rumit, jika pengobatannya tidak tepat diterapkan akan mengakibatkan kematian.

Baca juga: Ciri-ciri Penyakit TBC yang Sudah Parah Tidak Bisa Disepelekan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau