KOMPAS.com - Testosteron sering dianggap sebagai "hormon laki-laki", padahal perempuan juga memproduksi hormon ini—meski dalam jumlah yang jauh lebih kecil, melalui ovarium dan kelenjar adrenal.
Dalam kadar normal, testosteron penting bagi perempuan untuk membantu menjaga kesehatan tulang, otot, dan sistem reproduksi. Namun, jika kadarnya terlalu tinggi, testosteron dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan menandakan adanya masalah kesehatan yang lebih serius.
Menurut American Urology Association, kadar testosteron dalam darah pria biasanya sedikitnya 300 nanogram per desiliter (ng/dL). Perempuan mengeluarkan kadar yang jauh lebih rendah — sekitar sepersepuluh dari kadar testosteron pada pria.
Baca juga: Hormon Testosteron Bisa Menambah Tinggi Badan?
Gejala kelebihan testosteron
Ketika kadar testosteron melebihi batas normal, tubuh perempuan dapat menunjukkan berbagai gejala yang cukup mengganggu, seperti:
- Jerawat yang menetap atau makin parah
- Suara menjadi lebih dalam dan berat
- Pertumbuhan rambut kasar berlebih di wajah, dada, dan punggung (hirsutisme)
- Siklus menstruasi tidak teratur atau berhenti sama sekali
- Penurunan ukuran payudara
- Penipisan rambut kepala atau kebotakan pola pria
- Peningkatan massa otot secara tidak biasa
Gejala-gejala ini dapat memengaruhi rasa percaya diri dan kualitas hidup secara keseluruhan, serta bisa menjadi tanda dari kondisi medis yang lebih serius.
Baca juga: Mengenal Terapi Pengganti Hormon untuk Atasi Gejala Menopause
Apa penyebab testosteron tinggi pada perempuan?
Testosteron tinggi jarang terjadi tanpa alasan. Biasanya, ada kondisi medis yang mendasari. Beberapa yang paling umum meliputi:
1. Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK)
HAK adalah kelainan genetik yang memengaruhi kelenjar adrenal. Akibat kekurangan enzim tertentu, tubuh memproduksi terlalu sedikit kortisol namun berlebihan dalam memproduksi testosteron. Hasilnya gejala maskulinisasi seperti pertumbuhan rambut berlebih atau perubahan suara.
Baca juga: Hormon Testosteron Bisa Menambah Tinggi Badan?
2. Hirsutisme
Hirsutisme ditandai dengan pertumbuhan rambut tebal dan kasar di area tubuh yang biasanya tidak banyak ditumbuhi rambut pada perempuan. Kondisi ini sering berkaitan dengan faktor genetik dan ketidakseimbangan hormon, termasuk testosteron tinggi.
3. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
PCOS adalah penyebab paling umum kelebihan testosteron pada perempuan usia reproduktif. Kondisi ini ditandai dengan gangguan ovulasi, kista di ovarium, serta peningkatan hormon androgen (termasuk testosteron). Sekitar 6–12 persen perempuan diperkirakan mengidap PCOS, meskipun banyak yang baru terdiagnosis di usia 20–30-an.
Cara mendiagnosis kadar testosteron
Untuk mengetahui apakah kadar testosteron tinggi, dokter biasanya akan melakukan kombinasi dari:
Baca juga: Mengenal Pengaruh Hormon dan Risiko Stroke pada Wanita
- Pemeriksaan fisik: termasuk memeriksa pertumbuhan rambut, jerawat, atau tanda maskulinisasi lain.
- Tes darah: untuk mengukur kadar hormon testosteron dan hormon lain yang terkait.
- Ultrasound: untuk melihat kondisi ovarium dan rahim, khususnya bila dicurigai PCOS.
Perawatan kondisi ini tergantung pada penyebab yang mendasari. Penanganan umumnya mencakup perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan dan berolahraga rutin.
Penggunaan obat-obatan, misalnya pil kontrasepsi untuk menyeimbangkan hormon, obat anti-androgen untuk mengurangi efek testosteron, atau obat diabetes jika berkaitan dengan resistensi insulin, akan diresepkan dokter.
Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan pendekatan yang tepat dan aman, terutama bila gejala sudah memengaruhi keseharian atau kesuburan.
Baca juga: Mitos atau Fakta: Pil KB Bisa Sebabkan Kanker? Ini Kata Vaksinolog
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.