KOMPAS.com - Penanganan pasien kanker yang melibatkan tim dokter multidisiplin dapat mengubah perawatan kanker. Pendekatan ini telah dipakai di berbagai rumah sakit di negara maju. Di Indonesia, penerapannya terhambat oleh terbatasnya tenaga kesehatan.
Dijelaskan oleh Direktus Medis Klinik Kanker Prostat Multidisiplin dari MD Anderson Cancer Center, Prof.Deborah A Kuban, pendekatan multidisiplin akan berpusat pada pasien.
"Kolaborasi adalah kunci dalam penanganan oleh tim multidisplin dengan pasien sebagai pusatnya. Kondisi klinis pasien juga akan jauh lebih baik," paparnya dalam acara The 5th Siloam Oncology Summit 2025 di Jakarta (17/5).
Ia mengatakan, pendekatan ini telah terbukti membuat penentuan stadium kanker dengan lebih baik, mengurangi keputusan yang dibuat terpisah-pisah, mengurangi tindakan dan layanan yang tidak perlu sehingga lebih efisien dari sisi biaya, dan juga mempersingkat waktu diagnosis hingga terapi.
Pendekatan multidisiplin dalam perawatan kanker akan membutuhkan profesional, mulai dari dokter bedah onkologi, ahli patologi, radiasi, hingga perawat onkologi, dan psikososial.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Beda Tumor dan Kanker
"Ini dapat memberi dampak besar pada pelayanan kanker karena juga bisa meningkatkan usia harapan hidup," katanya.
Dalam paparannya, ia menunjukkan pendekatan multidisiplin membuat penentuan stadium pada pasien kanker menjadi lebih baik pada 20-60 persen pasien. Pendekatan ini juga membuat penentuan patologi atau perjalanan penyakit kanker menjadi lebih akurat hingga 35 persen dibandingkan tanpa pendekatan multidisiplin.
Sejumlah tantangan masih dihadapi dalam penerapan pendekatan multidisiplin. Hal itu terutama terkait ketersediaan sumber daya manusia yang masih terbatas dan belum merata.
Setiap pasien unik
Perawatan kanker multidisiplin saat ini sudah diterapkan di beberapa rumah sakit vertikal dan rumah sakit swasta besar.
Di MRCCC Siloam Hospital misalnya, menurut CEO Siloam Hospital Group, Caroline Riady, pendekatan sudah dijalankan, untuk memberi hasil yang efektif dan berkelanjutan.
Baca juga: Kanker Serviks Jadi Kanker Paling Mematikan Kedua pada Wanita, Ini Penyebabnya…
Caroline mengatakan, setiap pasien unik dan memiliki kondisi biologis serta riwayat penyakit yang berbeda.
"Melalui pendekatan multidisiplin, kami dapat menyesuaikan perawatan dengan kondisi unik tiap pasien, menyediakan perawatan yang tidak hanya efektif, tapi juga penuh kasih sayang, holistik, dan berkelanjutan," katanya saat membuka acara The 5th Siloam Oncology Summit 2025.
CEO MRCCC Siloam Hosptial, dr.Edy Gunawan, menambahkan, untuk mengatasi keterbatasan tenaga ahli kanker, digunakan teknologi virtual sehingga para dokter bisa tetap berdiskusi walau dari jarak jauh.
"Diskusi kasus pasien bisa dilakukan dengan virtual meeting. Ini juga dibantu oleh satu orang dokter umum yang menggabungkan semua data pasien sehingga rapat lebih efisien. Dalam satu jam bisa dibahas 2-4 kasus pasien," paparnya.
Ia mengatakan, tim multidisiplin juga termasuk komunitas penyintas kanker yang bisa membantu memberikan konseling bagi pasien yang baru terdiagnosis kanker.
Baca juga: Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Ini Penjelasannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.