Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Apa yang Digunakan untuk Diagnosis Batu Ginjal?

Kompas.com - 24/11/2022, 21:01 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Batu ginjal memang sulit terdeteksi karena tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Karena itu, ada tes untuk mendiagnosis keberadaan dan kondisi batu ginjal pada tubuh seseorang.

Batu ginjal merupakan endapan seperti batu yang terbentuk di ginjal, organ yang bertugas menyaring limbah dan cairan ekstra dari tubuh.

Batu ginjal ada yang berbentuk kristal hingga batu keras yang awalnya berukuran kecil seperti butiran pasir hingga bongkahan kerikil.

Baca juga: 8 Tanda Batu Ginjal, Nyeri Selangkangan hingga Urine Berdarah

Batu ginjal berukuran kecil dapat keluar melalui urine saat Anda kencing. Anda memerlukan perawatan seperti obat-obatan, terapi untuk memecah batu, hingga operasi apabila batu ginjal berukuran besar.

Gejala batu ginjal

Rasa nyeri di area perut hingga punggung adalah gejala klasik dari batu ginjal. Nyeri tersebut juga bisa terasa hingga selangkangan saat batu ginjal bergerak melewati saluran kemih.

Selain itu, gejala batu ginjal yang sering dikeluhkan, antara lain:

  1. Adanya darah di urine
  2. Keinginan kuat untuk buang air kecil
  3. Sensasi terbakar saat buang air kecil
  4. Urine keruh dan berbau tak sedap
  5. Mual, muntah
  6. Demam

 

Tes untuk mendiagnosis batu ginjal

Jika Anda merasakan gejala intens yang menunjukkan keberadaan batu ginjal, termasuk nyeri perut tajam, sebaiknya segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Anda dapat mulai konsultasi dengan dokter umum. Apabila, keluhan yang dirasakan terkait batu ginjal, dokter umum dapat memberi rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam, khusunya ginjal (nefrologi).

Dikutip dari Everyday Health, dokter spesialis ginjal kemungkinan akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda dan keluarga. Hal itu untuk menentukan terkait riwayat genetik batu ginjal atau kondisi lain yang memicu masalah ini, seperti diabetes.

Dokter juga akan menanyakan tentang kebiasaan diet atau pola makan, terutam konsumsi makanan yang memicu risiko pembentukan batu ginjal.

Baca juga: 8 Obat Batu Ginjal Alami yang Praktis ala Rumahan

Setelah itu, seseorang yang mengeluhkan gejala terkait batu ginjal juga dianjurkan menjalani tes pencitraan, urine, dan darah.

  • Tes pencitraan

Tes pencitraan ditujukan untuk melihat atau memerikan kondisi ginjal, ureter, dan kandung kemih untuk mendiagnosis keberadaan batu ginjal.

Tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis batu ginjal adalah pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT scan).

Selain CT scan, dokter spesialis kemungkinan menggunakan USG (ultrasonography) atau prosedur pengambilan gambar organ tubuh tertentu dengan memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi.

  • Tes urine

Ada 3 tahap tes urine yang dilakukan untuk mendiagnosis batu ginjal, yaitu:

  1. Tes pH urin: analisis sampel urin guna melihat tingkat asam dan basa. Hasil dari tes pH urin dapat menunjukkan jenis batu ginjal yang ada di tubuh seorang pasien.
  2. Urinalisis dengan mikroskop: urine dapat dianalisis di bawah mikroskop untuk mencari kristal yang terbuat dari mineral yang terkait dengan jenis batu ginjal tertentu. Tes ini juga dapat membantu dokter menemukan bukti perdarahan atau infeksi akibat batu ginjal.
  3. Pengumpulan urin dalam 24 jam: tes ini mengharuskan pasien untuk mengumpulkan semua urine mereka dalam sebuah tempat selama 24 jam. Dari sampel urine ini, dokter dapat mengetahui apakah seseorang cenderung memiliki batu ginjal atau tidak.
  • Tes darah

Tes darah dapat membantu mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan pembentukan batu ginjal, seperti:

  1. mendeteksi anemia
  2. diagnosis infeksi
  3. mengukur kadar elektrolit (kadar garam dan mineral yang mungkin mengalami perubahan karena batu ginjal).

Baca juga: Macam-macam Penyebab Urine Keruh: Batu Ginjal hingga Infeksi Vagina

Faktor risiko batu ginjal

Beberapa orang mungkin lebih berisiko memiliki batu ginjal dibandingkan yang lain. Misalnya, pria lebih berisiko memiliki batu ginjal dibanding wanita.

Selain itu, berikut faktor risiko terkait batu ginjal yang perlu Anda ketahui.

  1. Faktor genetik: adanya riwayat keluarga dengan batu ginjal
  2. Pernah mengalami infeksi saluran kemih (ISK)
  3. Konsumsi garam dan gula berlebihan
  4. Dehidrasi atau kekurangan cairan
  5. Kelebihan berat badan
  6. Konsumsi berlebih makanan berprotein tinggi
  7. Penggunaan jenis obat-obatan tertentu, termasuk diuretik, antasida berbasis kalsium (obat pereda asam lambung), topiramate (obat antikejang), dan indinavir (obat HIV).
  8. Kekurangan sitrat, zat yang membantu mencegah pembentukan batu
  9. Mengonsumsi makanan kaya oksalat dalam jumlah besar, seperti kacang- kacangan, bayam, cokelat, dan teh jenis tertentu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com