Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi IDAI Terkait Kasus Polio, Orangtua Perlu Tahu

Kompas.com - 26/11/2022, 10:31 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum menerima vaksin.

Polio awalnya ditunjukkan dengan gejala layaknya penyakit umum, seperti demam, kelelahan, pusing, leher kaku, dan nyeri tungkai.

Setelah virus menyebar dan berkembang, seorang anak yang terkena polio akan mengalami gejala yang mungkin lebih parah, yaitu:

  1. lemah otot, massa otot menurun
  2. meningitis
  3. kaki dan lengan terasa lemah
  4. kehilangan refleks tubuh
  5. sulit bernapas dan menelan
  6. depresi
  7. gangguan tidur dengan kesulitan bernapas.

Baca juga: Dokter Ingatkan Polio Tanpa Gejala Lumpuh Tetap Perlu Diwaspadai

Penyakit polio baru-baru ini ditemukan di Aceh. Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyatakan temuan ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Per Kamis (24/11/2022), jumlah kasus polio di Aceh terhitung sebanyak 4 orang.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) lantas memberi anjuran atau rekomendasi kepada orangtua sebagai langkah untuk mencegah, mengatasi, serta memutus rantai penyebaran polio.

1. Imunisasi

Sesegera mungkin melengkapi imunisasi anak-anak sesuai usia, sesuai panduan buku KIA terbaru dan berkonsultasi kepada petugas kesehatan.

Ada dua jenis vaksin polio yaitu bivalent oral polio vaccine (BOPV) atau vaksin tetes dan inactivated polio vaccine (IPV) atau vaksin suntik.

Vaksin polio tetes memberi perlindungan anak Anda dari virus polio tipe 1 dan 3. Vaksin ini berisi virus polio hidup yang sudah dilemahkan.

Vaksin BOPV bekerja dengan merangsang kekebalan usus dan darah untuk membentuk antibodi ketika tubuh si kecil menghadapi virus polio liar.

Sementara, vaksin suntik memberi perlingdungan pada virus polio tipe 1, 2, dan 3. Jenis vaksin polio ini berisi virus polio mati. Vaksin ini tidak dapat menimbulkan kekebalan di usus, tapi tetap dapat membentuk kekebalan di dalam darah.

Baca juga: Kemenkes Sebut Penularan Polio karena Kebersihan Lingkungan yang Buruk

2. Mewaspadai gejala penyakit

Orangtua perlu memahami dan awas terhadap berbagai gejala penyakit pada anak, terutama yang berpotensi menjadi wabah, mengancam nyawa, dan mengakibatkan kecacatan.

Selain polio, orangtua juga perlu mewaspadai penyakit lain yaitu difteri, campak, rubella, dan pertusis.

3. Waspadai penyakit kronis pada anak

Ada beberapa penyakit kronis yang dapat menyerang anak, di antaranya adalah diabetes tipe 1, kerusakan gigi, dan cerebral palsy.

Karena itu, orangtua sebaiknya mengajak si kecil melakukan skrining untuk memantau ada atau tidaknya gejala terkait penyakit kronis tersebut.

4. Mengajak masyarakat untuk sadar akan imunisasi

IDAI berharap masyarakat bahu membahu untuk mengenali dan mengajak warga sekitar yang belum melengkapi imunisasi. 

 

Rekomendasi untuk dokter spesialis, tenaga kesehatan, dan rumah sakit

Selain rekomendasi kepada orangtua, IDAI juga memberikan anjuran untuk dokter spesialis, tenaga kesehatan, dan rumah sakit, yaitu:

  1. Memperkuat kegiatan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau lumpuh layu akut dengan melaporkan semua pasien bergejala lumpuh layu tanpa menunggu etiologi pastinya terlebih dahulu kepada dinas kesehatan.
  2. Melakukan surveilans PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) lainnya seperti rubella, difteri, campak, rubella, dan pertusis.
  3. Wajib mengetahui kontak surveilans PD31 di wilayah kerja masing-masing.
  4. Wajib melaporkan semua kasus PD3I kepada dinkes setempat, dan khusus dokter spesialis anak, wajib lapor kepada Sekretariat IDAI Cabang dalam 2x24 jam.
  5. Terlibat aktif dalam memberikan informasi terkait kejadian PD3I kepada masyarakat dan melakukan pendalaman kembali imunisasi kejar yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan atau WHO.
  6. Wajib meninjau ulang buku imunisasi (KIA) pada setiap kunjungan pasien. Pastikan pasien anak sudah menerima imunisasi sesuai usia, khususnya BOPV dan IPV.
  7. Melaksanankan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB.
  8. Rumah sakit atau faskes lainnya melaporkan kasus PD3I ke dinas kesehatan setempat

Baca juga: 2 Jenis Vaksin Polio dan Cara Pemberiannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com