KOMPAS.com - Anak balita berusia 19 bulan dan 11 tahun di Malaysia meninggal dunia setelah terkena heatstroke karena serangan cuaca panas beberapa waktu belakangan.
Untuk diketahui, heatstroke adalah kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas karena tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan.
Kondisi tersebut membuat suhu badan meningkat dengan cepat hingga 41 derajat Celsius dalam 10 sampai 15 menit dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.
Baca juga: Main Seharian Saat Panas Terik Idul Fitri, Bocah Malaysia Meninggal karena Dehidrasi
Diberitakan Kompas.com (4/5/2023), sebelum meninggal dengan diagnosis heatstroke, bocah 11 tahun di Malaysia yang sebelumnya aktif dan sehat menghabiskan waktu bersepeda di bawah paparan terik matahari.
Lantas, ia mengalami gejala heatstroke seperti muntah dan demam. Selang sehari, ia mengalami kejang. Seketika itu bocah tersebut dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Setelah diberikan oksigen dan tambahan cairan, denyut nadi bocah tersebut tidak terdeteksi. Ia juga tidak sadarkan diri. Ia lantas diberikan perawatan darurat termasuk CPR. Sayang, nyawanya tetap tak tertolong.
Tak jauh berbeda dari anak berusia 11 tahun, anak balita yang meninggal di Malaysia juga mengalami heatstroke dengan gejala batuk-batuk dan muntah.
Berkaca dari bahaya heatstroke yang pantang disepelekan karena bisa merenggut nyawa, simak cara mencegahnya lewat artikel di bawah ini.
Baca juga: 8 Gejala Heat Stroke yang Bisa Mengancam Nyawa
Dokter spesialis anak dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) menjelaskan, cuaca panas paling rentan membahayakan anak, terutama usia 3 bulan sampai 1 tahun.
Menurut Nastiti, bayi lebih rentan terkena dehidrasi sampai heatstroke saat cuaca panas karena pengaturan suhu di otak bayi belum matang untuk mengantisipasi peningkatan suhu udara ekstrem.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.