Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2023, 20:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Semerbak aroma kari khas Jepang menguar di seluruh penjuru ruangan salah satu kelas di kompleks sekolah dasar St. Dominic’s Institute, Rabu (24/5/2023).

Jarum jam menunjuk angka pukul 12.00 waktu setempat ketika Kompas.com berkesempatan mengunjungi kompleks sekolah lima lantai yang berlokasi di Okamoto, Setagaya, Tokyo, Jepang tersebut.

Begitu juru masak dapur sekolah menyajikan panci berisi campuran daging, wortel, kentang, bawang bombay, yang diselimuti kuah kental warna cokelat itu, anak-anak terlihat antusias.

Lantas, giliran guru kelas didampingi satu murid yang bertugas piket sebagai pramusaji bersiap membagikan makanan untuk teman-teman sekelasnya.

Pramusaji cilik dengan topi koki dan celemek putih yang berdiri di samping gurunya itu kebagian menyajikan salad ke mangkuk. Salad itu berisi mi shirataki, jagung pipil, mentimun, kol, dan wortel.

Sedangkan sang guru yang bertugas membagikan nasi plus kari. Dia dibantu lima orang pramusaji cilik lain untuk mengantarkan makanan satu per satu makanan ke 40 meja di seluruh kelas.

Saban sepiring nasi kari hangat mendarat di meja, mata anak-anak itu terlihat berbinar. Terlebih ketika menu makan siang itu ditemani camilan crepes stroberi, yogurt Joie, dan minuman probiotik Yakult.

Ya, hidangan shokuiku atau sesi edukasi makan khas Jepang kala itu merupakan salah satu menu kejutan yang ditunggu-tunggu, karena hanya keluar sesekali dalam sebulan.

“Ini namanya St. Dominic’s Curry,” ujar salah satu murid dengan tampang semringah, saat disambangi Kompas.com di sela-sela makan siang.

Dalam sebulan, sebanyak 490 murid yang menimba ilmu di sekolah privat tersebut kebagian jatah makan siang dengan menu kejutan selama beberapa kali. Sisanya, anak-anak makan dengan menu berlainan yang sudah terjadwal.

Itadaki-masu,” ucap para murid bersemangat sembari sedikit membusungkan badannya ke depan untuk memberikan salam sekaligus penghormatan sebelum menyantap hidangan.

Dalam waktu sekitar 15 menit, sepiring nasi kari tandas disantap. Nyaris di setiap piring, tidak ada makanan tersisa, termasuk sayurannya.

Oishii…” kata Ari. Murid yang duduk di bangku kelas 4B ini antusias ketika ditanyai rasa menu makan siangnya yang lezat.

Makan sehat ala Shokuiku

Menu makan siang yang disajikan di sekolah dasar St. Dominic?s Institute di Okamoto, Tokyo, Jepang, Rabu (24/5/2023). Makan siang bersama ini bagian dari praktik Shokuiku atau edukasi makan untuk membentuk pola makan sehat sejak dini. Kompas.com/Mahardini Nur Afifah Menu makan siang yang disajikan di sekolah dasar St. Dominic?s Institute di Okamoto, Tokyo, Jepang, Rabu (24/5/2023). Makan siang bersama ini bagian dari praktik Shokuiku atau edukasi makan untuk membentuk pola makan sehat sejak dini.
Shokuiku adalah edukasi makan khas Jepang yang diajarkan bersamaan momentum makan siang bersama di sekolah. Pendidikan ini dimulai pada abad ke-19 dan mulai dibuat standar untuk seluruh penjuru Negeri Sakura pada 2005.

Praktik ini mendidik murid sejak sekolah dasar untuk makan dengan menu bergizi lengkap dan seimbang, belajar tata krama seperti memberikan salam sebelum makan, sampai bersosialisasi dengan teman saat makan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com