KOMPAS.com - Nutrisi berperan sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pemberian nutrisi yang tidak tepat salah satunya bisa menyebabkan anemia defisiensi besi yang bisa mengganggu kecerdasan otak anak.
Anemia pada bayi dan balita berdampak sangat luas, mulai dari terhambatnya perkembangan kognitif anak, gangguan perkembangan motorik kasar dan halus, hingga menurunnya kekebalan tubuh.
Menurut penjelasan Prof.Rini Sekartini Sp.A, anak yang anemia bisa terlihat dari kurangnya aktivitas fisik karena tubuhnya sering lemas.
"Anak yang anemia biasanya jarang main, lebih banyak duduk, serta wajahnya terlihat pucat. Untuk memastikannya memang diperlukan pemeriksaan kadar Hb," papar Prof.Rini dalam acara Peluncuran Inisiatif Kolaborasi Rekomendasi Skrining dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak Indonesia di Jakarta (26/11/2024).
Pada anak-anak, anemia bisa terjadi sejak dalam kandungan jika ibu hamil juga mengalami anemia. Namun, masa rentan anemia defisiensi besi paling banyak terjadi di usia anak mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI).
Baca juga: 7 Rekomendasi WHO Soal Pemberian MPASI pada Bayi
Menurut Prof.Rini hal tersebut terjadi karena makanan yang dikonsumsi anak kurang mengandung sumber zat besi, seperti daging merah, hati, kacang-kacangan, serta sayuran hijau.
Zat besi yang bersumber dari pangan hewani mengandung besi heme yang lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dengan zat besi nonheme yang bersumber dari nabati.
Faktor lainnya karena kurang asupan makanan yang dapat memicu penyerapan zat besi. Faktor pemicu penyerapan zat besi bisa didapatkan dari makanan atau minuman dengan kandungan tinggi vitamin C, asam folat, zink, mineral, serta vitamin B1, B6, dan B12.
"Ibu juga perlu menghindari makanan penghambat zat besi, di antaranya asam fitat, tanin atau polifenol, kalsium dan asam oksalat. Jadi, jangan kasih anak teh, kopi, yang bisa menghambat penyerapan zat besi," ujar Prof. Rini.
Ia mengingatkan, masalah anemia terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan. Oleh karena itu suplementasi besi perlu diberikan pada anak, terutama di usia 0-2 tahun.
Pada anak yang sudah mendapatkan suplementasi zat besi namun kadar Hb-nya tidak bertambah, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter anak untuk mencari penyakit lain yang jadi penyebab.
Anemia pada anak harus diatasi, bukan saja mengganggu perkembangan intelektual, tapi dalam jangka panjang juga bisa berlanjut sampai usia dewasa.
Baca juga: Jangan Remehkan Dampak Anemia pada Kehamilan dan Pertumbuhan Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.