PrEP bisa digunakan orang dengan HIV negatif agar terhindar dari risiko tertular HIV saat terpapar virus dari orang lain. PrEP yang terbukti mampu mencegah infeksi baru HIV ini tersedia dalam bentuk pil harian serta obat suntik cabotegravir yang diberikan tiap dua bulan sekali.
Terapi ini baru bisa dinikmati di negara maju. Sementara di negara-negara dengan jumlah HIV tinggi namun punya keterbatasan anggaran negara, PrEP belum bisa ditanggung pembiayaan kesehatan.
Baca juga: 11 Calon Pengantin di Karawang Terpapar HIV, KPA: Rata-rata Calon Suami
Obat baru yang mengubah peta
Para ilmuwan terus berupaya menemukan cara yang efektif untuk mencegah penularan HIV. Salah satu yang cukup menjanjikan adalah obat lenacapavir. Dalam pengujian awal, obat ini mampu mencegah infeksi HIV sampai 100 persen.
Permasalahannya adalah harga obat yang sangat mahal. Perusahaan farmasi Gilead yang memproduksi obat ini menetapkan harga sekitar 40.000 dollar AS (sekitar Rp 463 juta) per orang per tahun di beberapa negara.
Sekitar bulan Oktober lalu, Gilead mengumumkan sudah membuat kesepakatan dengan perusahaan farmasi pembuat obat generik untuk membuat dan menjual obat ini dengan harga lebih rendah untuk negara berkembang.
Para aktivis memperingatkan bahwa jutaan orang pengidap HIV tidak akan terjangkau oleh obat itu karena kendala biaya.
Karena obat dan terapi HIV tidak murah, maka program ini harus menyasar kelompok rentan secara tepat. Meski berbagai upaya pendekatan dilakukan, penjangkauan terhadap kelompok rentan ini belum sepenuhnya berhasil.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Seksualitas Sejak Dini untuk Tangani HIV/AIDS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya