KOMPAS.COM - Konsumsi obat saat tubuh mengalami dehidrasi ternyata dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan.
Kondisi tubuh yang kekurangan cairan dapat mengubah cara obat bekerja di dalam tubuh. Bahkan, dapat meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya.
Ketika tubuh kekurangan cairan, distribusi obat di dalam darah menjadi tidak optimal. Obat yang seharusnya bekerja untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu malah berpotensi menumpuk di organ seperti hati atau ginjal.
Salah satu risiko yang paling sering terjadi adalah kerusakan ginjal. Adapun ginjal yang berfungsi sebagai penyaring racun membutuhkan cukup cairan untuk bekerja dengan baik.
Mengonsumsi obat—terutama yang bersifat nefrotoksik, seperti antibiotik tertentu atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)—saat tubuh sedang dehidrasi, dapat memperberat kerja ginjal dan meningkatkan risiko kerusakan permanen.
Selain itu, efek samping obat juga dapat meningkat. Misalnya, obat yang biasanya diurai di hati dapat menjadi lebih toksik jika cairan tubuh tidak cukup.
Sebab, saat tubuh dehidrasi, metabolisme obat menjadi lebih lambat sehingga senyawa aktif dalam obat tertahan lebih lama di dalam tubuh.
Minum air putih sebelum dan sesudah minum obat sangat dianjurkan, kecuali jika dokter memberikan instruksi khusus yang berbeda. Tubuh yang cukup cairan akan membantu penyerapan obat berjalan lebih efektif dan aman.
Namun, ada pengecualian untuk beberapa jenis obat, seperti diuretik, yang memang dirancang untuk membantu tubuh mengeluarkan cairan berlebih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.