KOMPAS.com - Krisis hipertensi termasuk keadaan darurat medis
Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang mengalami serangan jantung, stroke, atau masalah kesehatan yang mengancam jiwa lainnya.
Siapa saja perlu mewaspadai ini, terutama orang yang sudah mengalami tekanan darah tinggi.
Berikut artikel ini akan mengulasnya lebih lanjut.
Baca juga: Menurunkan Hipertensi Cukupkah dengan Kurangi Konsumsi Garam? Ini Kata Dokter…
Francisco Lopez-Jimenez, MD dari Mayo Clinic mengatakan bahwa krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba dan parah.
Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah yang terbaca mencapai 180/120 mililiter air raksa (mmHg) atau lebih.
Pada kondisi ini, penting bagi setiap individu untuk mencari pertolongan medis segera, karena tekanan darah yang sangat tinggi seperti ini dapat merusak pembuluh darah dan organ tubuh.
Organ tubuh yang bisa rusak termasuk jantung, otak, ginjal, dan mata.
Selama krisis hipertensi, jantung menjadi tidak dapat memompa darah sebagaimana mestinya.
Sementara, krisis ini bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Baca juga: Mengurangi Konsumsi Garam Bisakah Mengatasi Hipertensi? Ini Penjelasan Dokter…
Dikutip dari Cleveland Clinic, krisis hipertensi bisa terjadi karena penderita hipertensi mengalami beberapa hal, di antaranya adalah:
Sejumlah obat yang bisa menyebabkan krisis hipertensi, seperti:
Baca juga: Orang dengan Riwayat Stroke Tidak Minum Obat Hipertensi? Ini Kata Dokter…
Ketika krisis hipertensi terjadi, Lopez-Jimenez menyebutkan gejala yang mungkin muncul meliputi:
Baca juga: Jika Hipertensi Dibiarkan, Apa yang Terjadi? Ini Risiko Komplikasinya...
Jika tekanan darah sangat tinggi di rumah dan tidak mengalami gejala apa pun, disarankan untuk rileks selama beberapa menit.
Setelahnya, bisa coba periksa lagi tekanan darah. Jika masih sangat tinggi, disarankan untuk segera mencari perawatan medis.
Disarankan untuk segera pergi ke layanan medis gawat darurat, jika tekanan darah 180/120 mmHg atau lebih dan mengalami nyeri dada, sesak napas, atau gejala stroke.
Gejala stroke meliputi:
Penanganan krisis hipertensi dapat meliputi rawat inap di rumah sakit untuk memantau kerusakan organ.
Lalu, pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah yang diberikan melalui mulut atau infus.
Baca juga: Bagaimana Mengatasi Hipertensi Tanpa Obat? Ini 10 Caranya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.