KOMPAS.com - Hari Tanpa Diet Internasional atau International No Diet Day yang diperingati setiap 6 Mei bukan ajakan untuk makan sembarangan seharian. Sebaliknya, ini adalah momentum untuk mengedukasi diri tentang pentingnya menghargai tubuh sendiri dan menjalani pola makan yang sehat tanpa tekanan.
Baca juga: Mengenal Diet Portfolio untuk Menurunkan Kolesterol
Mengutip dari BBC & The Guardian, perayaan ini pertama kali diinisiasi oleh aktivis asal Inggris, Mary Evans Young, pada tahun 1992.
Ia pernah mengalami anoreksia dan ingin mengubah narasi tentang standar tubuh ideal yang sering kali berujung pada diet ekstrem dan gangguan makan.
Kini, No Diet Day menjadi kampanye global untuk melawan body shaming, merayakan keberagaman bentuk tubuh, dan mempromosikan hubungan yang sehat dengan makanan.
Baca juga: Batu Saluran Kemih Akibat Diet Salah, Simak Penjelasan Dokter Urologi
Banyak orang terjebak dalam diet ketat karena ingin menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, studi dalam jurnal Appetite menunjukkan bahwa pembatasan makanan secara ketat justru dapat memicu perilaku makan berlebihan (binge eating) dan memperburuk citra tubuh.
Sementara itu, penelitian dalam jurnal National Library of Medicine menyebutkan bahwa diet yang terlalu membatasi kalori dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, kelelahan, gangguan hormon, hingga penurunan massa otot.
Daripada mengikuti pola diet ekstrem yang tidak berkelanjutan, pendekatan yang lebih sehat adalah dengan menerapkan prinsip makan intuitif dan seimbang.
Baca juga: 5 Manfaat Jalan Kaki untuk Kesehatan: Jantung Sehat dan Bebas Stres
Berikut beberapa pendekatan makan sehat yang bisa dijalankan tanpa tekanan:
Konsep intuitive eating menekankan pentingnya makan saat lapar dan berhenti saat kenyang. Studi dari Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics menunjukkan bahwa makan secara intuitif dapat membantu menjaga berat badan stabil dan menurunkan risiko gangguan makan.
Tubuh membutuhkan semua makronutrien: karbohidrat, protein, dan lemak. Menghindari salah satu sepenuhnya bisa berdampak negatif. Fokuslah pada sumber yang sehat, seperti karbo dari biji-bijian utuh, lemak dari alpukat dan kacang-kacangan.
Baca juga: Alasan Diet Mediterania Dinobatkan Diet Terbaik
Pilih makanan yang minim proses, kaya serat, dan beragam warna. Penelitian dalam The Lancet megatakan bahwa pola makan tinggi buah, sayur, dan biji-bijian berkaitan dengan risiko penyakit kronis yang lebih rendah.
Makanan tidak harus menjadi sumber stres. Dalam International Journal of Eating Disorders, rasa bersalah setelah makan terbukti meningkatkan risiko perilaku makan tidak sehat. Menikmati makanan secara sadar justru mendorong pola makan yang lebih baik dalam jangka panjang.
Alih-alih mengejar berat badan tertentu, ukur keberhasilan pola hidup sehat dari energi harian, kualitas tidur, dan suasana hati. Pendekatan ini lebih realistis dan berdampak positif untuk keseimbangan tubuh dan pikiran.
Baca juga: 10 Manfaat Sayur Oyong untuk Kesehatan, Baik untuk Diet, Pencernaan, Jantung
Hari Tanpa Diet bukan hanya soal makan, tapi juga soal self-acceptance.
Dengan mencintai tubuh sendiri dan memahami kebutuhan unik masing-masing orang, kita bisa membangun gaya hidup sehat yang berkelanjutan, tanpa menyiksa diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.