KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi ternyata tidak hanya mengintai orang dewasa dan lansia. Kondisi ini juga bisa dialami oleh anak-anak, bahkan sejak bayi.
Salah satu faktor risiko yang sering terabaikan adalah asupan garam berlebih dari makanan kemasan yang dikonsumsi anak sehari-hari.
Dalam talkshow yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI, Rabu (7/5/2025), dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K) mengungkapkan bahwa banyak orangtua tidak menyadari "hidden salt" atau garam tersembunyi dalam makanan olahan yang dikonsumsi anak-anak.
"Sebenarnya anak-anak itu banyaknya mendapat asupan garam dari makanan-makanan yang sifatnya olahan," ungkap Reza.
Baca juga: Imunisasi Lengkap, Investasi Seumur Hidup untuk Kesehatan Anak
Menurut dokter spesialis anak ini, cemilan-cemilan asin, junk food, kecap, saus, dan makanan berpengawet mengandung kadar natrium tinggi yang merupakan bentuk garam tersembunyi.
"Makanan berpengawet itu ada natrium benzoat. Natrium itu juga garam," jelasnya.
Reza menekankan pentingnya pembatasan konsumsi garam sesuai usia anak. Untuk bayi di bawah usia satu tahun, sebaiknya tidak diberikan garam tambahan sama sekali dalam makanannya.
"Untuk anak antara satu hingga tiga tahun, batas konsumsi garam yang dianjurkan hanya sekitar 2 gram per hari, yang artinya hanya seperempat sendok teh dalam seharian," tegas Reza.
Ia menambahkan bahwa makanan rumahan biasanya menggunakan garam dalam jumlah yang tidak terlalu berlebihan dibanding makanan instan yang mengandung garam tinggi untuk tujuan pengawetan.
Baca juga: Puasa Tanpa Sahur Dapat Ganggu Kesehatan Anak, Ini Dampaknya
Menurut Reza, angka hipertensi pada anak-anak sebenarnya cukup signifikan namun sering tidak terdeteksi karena jarang diperiksa. Penyebabnya bervariasi, dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder.
"Hipertensi primer artinya tidak ada kelainan pada organ tertentu, tapi mungkin ada riwayat keturunan keluarga yang mengalami hipertensi, atau mungkin anaknya mengalami berat badan berlebih seperti obesitas," jelas Reza.
Ia menambahkan bahwa obesitas pada anak merupakan salah satu faktor risiko tertinggi untuk mengalami hipertensi. "Kalau satu komplikasi obesitas pada anak yang paling sering adalah hipertensi," tegasnya.
Baca juga: IDAI: Cek Kesehatan Gratis Deteksi Awal Masalah Kesehatan Anak
Hipertensi yang tidak ditangani pada anak-anak dapat berdampak serius pada tumbuh kembangnya. Reza menyebutkan bahwa jantung dan ginjal adalah organ yang paling terdampak.
"Kalau hipertensi ini tidak ditangani dengan baik, artinya tekanan darahnya dibiarkan tetap tinggi, maka nanti yang menjadi korban adalah jantungnya. Jantungnya itu bekerja lebih ekstra, sehingga nanti terjadi penebalan dinding jantung ventrikel kirinya, lama-laman tidak ekfektif, maka bisa menyebabkan gagal jantung," jelasnya.
Reza juga menjelaskan bahwa hipertensi ini bisa mempercepat seorang anak mengalami gagal ginjal, kemudian hadir penyakit ginjal kronik.
Baca juga: Kantin Sehat di Sekolah Pengaruhi Status Kesehatan Anak