KOMPAS.com - Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB-PDGI) mengungkapkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui cara menyikat gigi yang benar.
Ketua Umum PB-PDGI Usman Sumantri menyebut, kebiasaan menyikat gigi yang dilakukan secara asal menjadi masalah utama yang sering ditemukan di lapangan.
"Menyikat giginya masih asal, kalau di dalam panduannya kan menyikat gigi itu ada beberapa cara," kata Usman, seperti ditulis oleh Antara, Kamis (8/5/2025).
Ia menjelaskan, gerakan menyikat gigi yang tidak teratur bisa membuat sisa makanan atau kotoran (debris) tertinggal di permukaan gigi maupun di celah gusi, sehingga gigi tidak benar-benar bersih.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa meskipun 94,7 persen masyarakat Indonesia menyatakan telah menyikat gigi setiap hari, hanya 2,8 persen yang melakukannya dengan teknik yang benar.
Baca juga: Kenapa Gigi Kuning Padahal Rajin Sikat Gigi?
Menurut Usman, cara menyikat gigi yang disarankan dapat dimulai dari bagian kiri bawah, dilanjutkan ke bagian depan, lalu ke kanan bawah dan seterusnya memutar ke dalam hingga ke gigi bagian atas.
Ia juga menekankan pentingnya memilih pasta gigi yang mengandung fluoride guna membantu memperkuat permukaan gigi dan mencegah kerusakan gigi, seperti karies.
"Saya lihat pasta gigi di Indonesia yang tersebar itu sudah mengandung fluoride. Bagus itu bukan dari sisi pasta mana yang anda pilih, tapi bagaimana anda menyikatnya," ucapnya.
Baca juga: 4 Cara Mencegah Karies Gigi, Tak Sekadar Sikat Gigi
Selain teknik menyikat gigi yang keliru, Usman turut menyoroti kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan satu sikat gigi secara bersama-sama.
Ia menyebut, praktik ini berisiko tinggi menularkan berbagai penyakit, termasuk hepatitis, karena virus bisa menyebar melalui air liur.
"Namanya sudah virus gampang sekali, belum penyakit-penyakit virus yang lain," kata dia.
Lebih lanjut, Usman mendorong agar edukasi dan pemantauan kesehatan gigi dilakukan sejak dini.
Ia juga menilai perlunya kolaborasi antara dokter gigi dengan tenaga kesehatan lain, seperti bidan dan perawat, untuk memantau pertumbuhan gigi anak sejak usia dini.
"Setelah dia tumbuh gigi 6 bulanan 7 bulan itu apa yang harus dilakukan untuk mencegah gigi berlubang, termasuk juga agar giginya bagus tumbuhnya. Itu kan perlu kerja sama, sekarang itu dokter giginya terlalu mandiri, kerjanya masing-masing padahal di situ ada ilmu yang saling membutuhkan," ujarnya.
Baca juga: Kapan Anak Mulai Belajar Sikat Gigi? Begini Penjelasan Ahli...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.