KOMPAS.com – Kematian mendadak akibat serangan jantung kerap terjadi tanpa tanda yang jelas dan bisa menimpa siapa saja, termasuk orang yang tampak sehat.
Menurut dr. Makhyan Jibril Al-Farabi, Sp.JP, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, ada tiga penyakit utama yang sering menjadi pemicunya, yakni diabetes, hipertensi, dan kolesterol tingg, kombinasi yang kerap tak disadari namun berakibat fatal.
“Yang paling sering mengakibatkan kematian mendadak itu adalah permasalahan di bidang jantung,” kata dr. Jibril dalam siaran langsung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (2/5/2025).
Baca juga: Apa Beda Gejala Serangan Jantung Biasa dan Mematikan? Ini Kata Dokter
Berikut ini tiga penyakit yang perlu diwaspadai:
Penyakit gula darah ini bisa diam-diam merusak pembuluh darah jantung. Jika tidak dikontrol dengan baik, diabetes mempercepat proses aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di arteri koroner.
“Kalau keluarga punya riwayat diabetes atau mungkin ada saudara yang punya diabetes, itu berarti kita mungkin risikonya tinggi,” ujar dr. Jibril.
Pencegahan bisa dilakukan dengan membatasi asupan gula, terutama dari minuman kemasan yang kandungan gulanya sering kali sangat tinggi.
Baca juga: Gitaris Ricky Siahaan Disebut Meninggal karena Serangan Jantung, Kenali Gejalanya
Tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko besar serangan jantung, karena dapat membuat kerja jantung semakin berat dan mempercepat kerusakan pembuluh darah.
Menurut dr. Jibril, kombinasi hipertensi yang tidak terkontrol dengan stres dan aktivitas berat bisa memicu serangan mendadak, terutama bila sudah ada penyempitan pembuluh darah sebelumnya.
“Kalau pembuluh darahnya sudah 80 persen tersumbat, lalu terjadi stres berat atau emosi tinggi, bisa langsung menutup total. Di situlah serangan terjadi,” jelasnya.
Baca juga: Meriam Bellina Kira GERD Ternyata Serangan Jantung, Ini Beda Gejalanya
Kadar kolesterol yang tinggi, terutama kolesterol jahat (LDL), dapat memicu pembentukan plak yang menyumbat aliran darah ke jantung.
Penyumbatan ini sering kali tidak menunjukkan gejala sampai akhirnya memicu serangan. Menurut dr. Jibril, kondisi seperti ini dapat dicegah melalui pemeriksaan jantung rutin, termasuk treadmill test dan CT scan jantung jika tersedia.
“Kadang-kadang kita lakukan treadmill atau CT scan. Kalau ternyata ada sumbatan signifikan, kita bisa cegah supaya tidak terjadi serangan,” kata dia.
Baca juga: Apa Beda Gejala Serangan Jantung Biasa dan Mematikan? Ini Kata Dokter
Serangan jantung mendadak tidak selalu datang tanpa peringatan. Gejala seperti nyeri dada menjalar ke kiri, keringat dingin, hingga rasa lemas berlebihan setelah aktivitas, bisa menjadi tanda awal.
Pemeriksaan dini sangat disarankan, terutama bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun dan memiliki faktor risiko.
“Kalau usia 30 tahun ke atas itu sudah mulai harus agak waspada, karena plak di pembuluh darah jantung bisa mulai muncul di usia itu,” jelas dr. Jibril.
Baca juga: Bos Samsung Meninggal Dunia karena Serangan Jantung, Kenali Gejalanya
Selain menjaga pola makan dan rutin berolahraga, dr. Jibril menyarankan untuk memulai kebiasaan berikut:
“Kalau kita meminimalkan faktor risikonya, insya Allah kita akan lebih tercegah dari penyakit tersebut,” pungkas dr. Jibril.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.