Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal MERS-CoV yang Harus Diwaspadai di Arab Saudi

Kompas.com - 16/05/2025, 19:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) meminta jemaah haji waspada terhadap Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) di Arab Saudi.

Menurut rilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 12 Mei 2025, Kemenkes Arab Saudi melaporkan bahwa muncul sembilan kasus MERS-CoV antara 1 Maret sampai 21 April tahun ini.

Dari sembilan kasus MERS-CoV di Arab Saudi, ada tujuh diidentifikasi di Riyadh, termasuk enam petugas kesehatan dan perawatan

Sementara, ada satu kasus MERS-CoV diidentifikasi dari wilayah Hail.

Di antara sembilan kasus itu, ada dua orang yang meninggal akibat MERS-CoV.

Penting untuk mengenali MERS-CoV untuk mewaspadai penyakit menular ini.

Baca juga: Kemenkes Minta Jemaah Haji Mewaspadai Penularan MERS-CoV

Apa itu MERS-CoV?

Merujuk WHO, MERS-CoV adalah sindrom pernapasan yang sering terjadi di Timur Tengah.

Ini merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona.

Menurut keterangan Kemenkes, virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012.

Sampai saat ini, semua kasus MERS-CoV berhubungan dengan riwayat perjalanan menuju atau menetap di negara-negara sekitar Semenanjung Arab.

KLB MERS terbesar yang terjadi di luar Semenanjung Arab, terjadi di Republik Korea Selatan pada 2015.

KLB tersebut berhubungan dengan pelaku perjalanan yang kembali dari Semenanjung Arab.

Penularan infeksi MERS-CoV

MERS-CoV bisa menular dari hewan ke manusia dan manusia ke manusia.

Penularan MERS-CoV dari hewan ke manusia terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.

Unta merupakan hewan yang cenderung menjadi reservoir utama penyebab penyakit MERS-CoV.

Lalu, penularan MERS-CoV dari manusia ke manusia bisa melalui kontak langsung, seperti terkena sekresi pernapasan (droplet) dari orang terinfeksi yang batuk atau bersin.

Penularan dari manusia ke manusia juga bisa terjadi, yaitu melalui kontak dengan benda mati yang terkontaminasi virus.

Menurut laporan Kemenkes 202, sebanyak 80 persen kasus MERS-CoV yang dilaporkan di Arab Saudi diakibatkan adanya kontak langsung dan tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Baca juga: Kenali Apa Itu MERS-Cov dan Gejalanya

Gejala MERS-CoV

MERS-CoV dapat muncul tanpa gejala atau masalah pernapasan ringan.

Gejala penyakit ini juga bisa muncul dengan penyakit parah yang menyebabkan gangguan pernapasan akut dan kematian.

Mengutip Kemenkes, sebagian besar kasus konfirmasi MERS-CoV mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan, yaitu demam, batuk, dan sesak napas.

Beberapa kasus juga mengeluhkan mengalami gejala gastrointestinal, seperti diare dan mual/muntah.

Gejala untuk MERS-CoV yang parah tergantung dari komplikasi yang terjadi.

Komplikasi yang sering terjadi, seperti pneumonia dan gagal ginjal.

MERS-CoV yang sudah menyebabkan komplikasi biasanya berakibat fatal.

Namun, sebagian besar kasus meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (komorbid), seperti ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes, serta karena sistem kekebalan yang lemah, dan orang yang berusia tua.

Sedangkan, beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala MERS-CoV ringan, seperti flu, atau tanpa gejala dapat sembuh.

Masa inkubasi (waktu antara saat seseorang terinfeksi hingga timbul gejala) MERS-CoV biasanya sekitar 5 atau 6 hari, tetapi bisa berkisar antara 2 sampai 14 hari.

Baca juga: WHO Terima Laporan 3 Kasus MERS-Cov di Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau