Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Penyakit Moyamoya, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 16/05/2025, 21:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com – Penyakit Moyamoya merupakan gangguan langka pada pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hingga gangguan perkembangan, terutama pada anak-anak.

Penyakit ini dinamai dari istilah dalam bahasa Jepang yang berarti "kepulan asap", menggambarkan tampilan khas pembuluh darah kecil yang terbentuk di otak pada hasil pemindaian angiogram.

Penyakit ini pertama kali banyak ditemukan di Jepang, dan hingga kini masih lebih umum terjadi di wilayah Asia Timur.

Berdasarkan data dari Cleveland Clinic, Moyamoya diperkirakan menyerang sekitar 5 dari 100.000 orang di Jepang, sedangkan di Amerika Serikat jumlahnya kurang dari 5.000 kasus.

Baca juga: Dokter Ini Beri Tipa Cegah Stroke Berulang pada Pasien Moyamoya

Apa itu penyakit Moyamoya?

Penyakit Moyamoya adalah kondisi progresif yang menyerang arteri karotis internal.
Itu adalah arteri utama yang mengalirkan darah ke otak.

Ketika arteri ini menyempit atau tersumbat, otak berusaha membentuk pembuluh darah kecil baru untuk mempertahankan suplai darah.

Namun, pembuluh cadangan ini seringkali terlalu lemah untuk menjalankan fungsinya secara optimal.

Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak usia 5 hingga 10 tahun, serta orang dewasa antara usia 30 hingga 50 tahun.

Tanpa penanganan, Moyamoya bisa menyebabkan stroke berulang, kejang, dan gangguan kognitif permanen.

Baca juga: Bisakah Krisis Hipertensi Sebabkan Stroke? Ini Kata Dokter…

Penyebab penyakit Moyamoya

Hingga kini, penyebab penyakit Moyamoya belum diketahui pasti. Namun, faktor genetik diduga kuat terlibat.

Studi menunjukkan sekitar 15 persen penderita Moyamoya keturunan Jepang memiliki anggota keluarga yang juga mengidap kondisi serupa.

Mutasi pada gen RNF213 diyakini berperan dalam perkembangan pembuluh darah dan mungkin terlibat dalam beberapa kasus.

Selain faktor keturunan, Moyamoya juga bisa dikaitkan dengan penyakit lain, seperti sindrom Down, penyakit Graves, neurofibromatosis tipe 1, dan penyakit sel sabit.

Dalam konteks ini, kondisi disebut sebagai “Moyamoya syndrome”.

Baca juga: Ini 9 Komplikasi Setelah Stroke yang Harus Diwaspadai Para Penyintasnya

Gejala penyakit Moyamoya

Gejala Moyamoya muncul karena aliran darah ke otak terganggu.

Pada anak-anak, gejala Moyamoya yang umum pertama kali muncul adalah stroke ringan atau serangan iskemik transien (TIA).

Sementara pada orang dewasa, gejala dapat berupa stroke hemoragik atau pendarahan otak.

Gejala lainnya antara lain:

  • Sakit kepala berulang
  • Kejang
  • Lemah atau lumpuh di satu sisi tubuh
  • Gangguan penglihatan
  • Keterlambatan perkembangan pada anak
  • Gerakan tidak terkendali
  • Gangguan kemampuan bicara dan berpikir

Gejala Moyamoya dapat dipicu oleh aktivitas seperti menangis, batuk, atau demam tinggi.
Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi berat.

Baca juga: Dari Paus Fransiskus Meninggal: Stroke Bisa Sebabkan Gagal Jantung

Cara mengatasi penyakit Moyamoya

Penyakit Moyamoya tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi gejalanya bisa dikendalikan dan risiko stroke dapat ditekan melalui kombinasi pengobatan dan operasi.

Biasanya, cara mengobati penyakit Moyamoya mencakup pemberian aspirin untuk mencegah penggumpalan darah, obat antikejang, hingga antikoagulan untuk kasus tertentu.

Namun, menurut Cleveland Clinic, penggunaan obat ini hanya bersifat suportif karena tidak menghentikan penyempitan pembuluh darah.

Jika kondisi terus berkembang, pasien mungkin akan disarankan menjalani operasi bypass otak.

Prosedur ini melibatkan pemindahan aliran darah ke bagian otak yang terdampak menggunakan pembuluh dari kulit kepala.

Operasi ini terbukti mampu mengurangi risiko stroke dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Menurut Mayo Clinic, tanpa pengobatan, penyakit Moyamoya bisa berujung pada kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.

Namun, dengan diagnosis dan intervensi dini, banyak pasien dapat menjalani kehidupan yang relatif normal dan stabil.

Baca juga: Paus Fransiskus Meninggal Akibat Komplikasi Stroke: Belajar Cara Mencegahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau