Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reparenting: Jadi Orangtua Bagi Diri Sendiri, Menyembuhkan Luka Masa Kecil

Kompas.com - 19/05/2025, 17:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber CNN


KOMPAS.com- Pernah merasa sulit membela diri, takut ditolak, atau tidak pernah merasa cukup? Bisa jadi itu berasal dari luka masa kecil yang belum disembuhkan. Salah satu pendekatan yang efektif untuk mengatasi luka batin ini adalah reparenting — proses menjadi orang tua yang penuh kasih bagi diri sendiri.

Reparenting atau pengasuhan ulang adalah proses ketika orang dewasa secara sadar memenuhi kebutuhan emosional masa kecil mereka yang dulu tidak terpenuhi. Ini adalah langkah penyembuhan psikologis untuk membentuk kembali cara kita memperlakukan diri sendiri, dengan lebih banyak kasih sayang, batasan sehat, dan perhatian.

Alih-alih mengulang pola lama yang destruktif, seperti menyabotase diri, meremehkan diri, atau mencari validasi terus-menerus, reparenting membantu seseorang untuk mengembangkan cara baru yang lebih sehat dalam merespons emosi, tantangan, dan hubungan.

Seperti yang dijelaskan oleh konselor Maggie Holland, reparenting adalah upaya sadar untuk memahami luka masa kecil dan memenuhi kebutuhan emosional itu secara mandiri sebagai orang dewasa.

Baca juga: Mengatasi Inner Child yang Terluka: Tanda-tanda dan Cara Menyembuhkannya

Reparenting cocok untuk siapa saja yang:

- Tumbuh dalam lingkungan yang kurang kasih sayang, kritis, atau tidak stabil secara emosional

- Pernah mengalami pengabaian, pelecehan verbal, atau kekerasan emosional

- Sulit menetapkan batasan pribadi

- Merasa tidak layak dicintai, bersalah saat mengatakan "tidak", atau takut ditolak

- Sering merasa tidak aman dalam hubungan atau sangat sensitif terhadap kritik

Contoh yang sering terjadi adalah ketika seseorang tumbuh dengan orang tua yang keras, dingin, atau bahkan menindas. Saat dewasa, mereka cenderung menjadi people pleaser, takut konflik, dan sulit menerima diri apa adanya. Ini adalah sinyal kuat bahwa reparenting dibutuhkan.

Baca juga: Jejak Stres Masa Kecil Terbawa ke Sel Sperma

IlustrasiFREEPIK Ilustrasi

Bagaimana cara melakukan reparenting?
Reparenting adalah proses yang bisa dilakukan sendiri atau dengan bimbingan profesional. Berikut beberapa cara untuk memulainya:

1. Mengenali inner child dan lukanya
Sadari bagian diri Anda yang masih terluka. Perhatikan kapan Anda merasa takut, malu, marah, atau cemas secara tidak proporsional. Itu biasanya suara dari anak batin Anda yang sedang "berteriak".

Baca juga: Mengenal Trauma Antargenerasi dan Gejalanya

2. Bersikap lembut dan validasi perasaan
Belajar berbicara kepada diri sendiri seperti orang tua yang baik: penuh kasih, sabar, dan tidak menghakimi. Katakan, “Tidak apa-apa merasa takut. Aku di sini untukmu.” Ini memberi rasa aman secara emosional.

3. Mengganti pola lama dengan respons baru
Daripada mengkritik diri saat gagal, beri dukungan seperti, “Aku tahu ini sulit, tapi aku bangga kamu mencoba.” Ini adalah bentuk pengasuhan emosional yang dulu mungkin tak Anda dapatkan.

4. Lakukan aktivitas yang menghubungkan anda dengan masa kecil
Menonton film kesukaan masa kecil, menggambar, atau mendengarkan lagu yang disukai bisa membantu menyentuh kembali bagian diri Anda yang terluka dan memperkuat ikatan batin dengan inner child.

5. Latih batasan sehat
Ajarkan diri Anda bahwa mengatakan “tidak” itu aman. Orang tua yang baik tidak memaksa anaknya untuk menyenangkan semua orang. Anda kini bisa menjadi orang tua tersebut untuk diri sendiri.

6. Gunakan imajinasi emosional
Bayangkan versi kecil dari diri Anda sedang sedih karena dimarahi atau diabaikan. Lalu bayangkan diri dewasa Anda memeluk anak itu, mengatakan, “Aku mencintaimu. Kamu tidak salah. Aku ada di sini.” Visualisasi ini sangat membantu dalam proses penyembuhan.

7. Terapi profesional
Jika luka terasa terlalu dalam atau sulit dihadapi sendiri, konsultasi dengan terapis bisa mempercepat pemulihan. Terapis dapat membantu Anda mengenali trauma yang terpendam dan memberi alat praktis untuk reparenting.

Baca juga: 4 Cara Atasi Dampak Bullying saat Kecil yang Terbawa hingga Dewasa

Reparenting bukan berarti memanjakan diri

Reparenting bukan berarti menuruti semua keinginan atau bertingkah seperti anak kecil. Justru sebaliknya — ini adalah proses belajar memberi dukungan yang dewasa dan sehat pada bagian diri yang dulu tidak mendapatkannya. Ini mencakup empati, batasan, dan pengambilan keputusan yang bijak.

Menurut psikolog Dr. Avigail Lev, reparenting melibatkan pemahaman bahwa perasaan seperti marah, takut, atau sedih adalah valid — tetapi tidak berarti Anda bertindak impulsif karena perasaan tersebut.

Mengapa reparenting penting?

Karena luka masa kecil yang tidak disembuhkan sering terbawa ke masa dewasa dalam bentuk hubungan yang tidak sehat, pola pikir negatif, dan perilaku menyabotase diri. Dengan reparenting, Anda membangun fondasi baru yang lebih sehat untuk mencintai diri, menjalin hubungan, dan menjalani hidup secara utuh.

Menurut konselor Nicole Johnson, reparenting membantu seseorang menghentikan siklus luka antar generasi. Ketika Anda menyembuhkan diri, Anda juga mencegah luka serupa diwariskan ke generasi berikutnya.

“Kalau hari ini Anda sedikit lebih baik pada diri sendiri, itu sudah bentuk reparenting,” kata Johnson.

Baca juga: Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau