KOMPAS.com- Pernah merasa sulit membela diri, takut ditolak, atau tidak pernah merasa cukup? Bisa jadi itu berasal dari luka masa kecil yang belum disembuhkan. Salah satu pendekatan yang efektif untuk mengatasi luka batin ini adalah reparenting — proses menjadi orang tua yang penuh kasih bagi diri sendiri.
Reparenting atau pengasuhan ulang adalah proses ketika orang dewasa secara sadar memenuhi kebutuhan emosional masa kecil mereka yang dulu tidak terpenuhi. Ini adalah langkah penyembuhan psikologis untuk membentuk kembali cara kita memperlakukan diri sendiri, dengan lebih banyak kasih sayang, batasan sehat, dan perhatian.
Alih-alih mengulang pola lama yang destruktif, seperti menyabotase diri, meremehkan diri, atau mencari validasi terus-menerus, reparenting membantu seseorang untuk mengembangkan cara baru yang lebih sehat dalam merespons emosi, tantangan, dan hubungan.
Seperti yang dijelaskan oleh konselor Maggie Holland, reparenting adalah upaya sadar untuk memahami luka masa kecil dan memenuhi kebutuhan emosional itu secara mandiri sebagai orang dewasa.
Baca juga: Mengatasi Inner Child yang Terluka: Tanda-tanda dan Cara Menyembuhkannya
Reparenting cocok untuk siapa saja yang:
- Tumbuh dalam lingkungan yang kurang kasih sayang, kritis, atau tidak stabil secara emosional
- Pernah mengalami pengabaian, pelecehan verbal, atau kekerasan emosional
- Sulit menetapkan batasan pribadi
- Merasa tidak layak dicintai, bersalah saat mengatakan "tidak", atau takut ditolak
- Sering merasa tidak aman dalam hubungan atau sangat sensitif terhadap kritik
Contoh yang sering terjadi adalah ketika seseorang tumbuh dengan orang tua yang keras, dingin, atau bahkan menindas. Saat dewasa, mereka cenderung menjadi people pleaser, takut konflik, dan sulit menerima diri apa adanya. Ini adalah sinyal kuat bahwa reparenting dibutuhkan.
Baca juga: Jejak Stres Masa Kecil Terbawa ke Sel Sperma
Ilustrasi
Bagaimana cara melakukan reparenting?
Reparenting adalah proses yang bisa dilakukan sendiri atau dengan bimbingan profesional. Berikut beberapa cara untuk memulainya:
1. Mengenali inner child dan lukanya
Sadari bagian diri Anda yang masih terluka. Perhatikan kapan Anda merasa takut, malu, marah, atau cemas secara tidak proporsional. Itu biasanya suara dari anak batin Anda yang sedang "berteriak".
Baca juga: Mengenal Trauma Antargenerasi dan Gejalanya
2. Bersikap lembut dan validasi perasaan
Belajar berbicara kepada diri sendiri seperti orang tua yang baik: penuh kasih, sabar, dan tidak menghakimi. Katakan, “Tidak apa-apa merasa takut. Aku di sini untukmu.” Ini memberi rasa aman secara emosional.
3. Mengganti pola lama dengan respons baru
Daripada mengkritik diri saat gagal, beri dukungan seperti, “Aku tahu ini sulit, tapi aku bangga kamu mencoba.” Ini adalah bentuk pengasuhan emosional yang dulu mungkin tak Anda dapatkan.
4. Lakukan aktivitas yang menghubungkan anda dengan masa kecil
Menonton film kesukaan masa kecil, menggambar, atau mendengarkan lagu yang disukai bisa membantu menyentuh kembali bagian diri Anda yang terluka dan memperkuat ikatan batin dengan inner child.
5. Latih batasan sehat
Ajarkan diri Anda bahwa mengatakan “tidak” itu aman. Orang tua yang baik tidak memaksa anaknya untuk menyenangkan semua orang. Anda kini bisa menjadi orang tua tersebut untuk diri sendiri.
6. Gunakan imajinasi emosional
Bayangkan versi kecil dari diri Anda sedang sedih karena dimarahi atau diabaikan. Lalu bayangkan diri dewasa Anda memeluk anak itu, mengatakan, “Aku mencintaimu. Kamu tidak salah. Aku ada di sini.” Visualisasi ini sangat membantu dalam proses penyembuhan.
7. Terapi profesional
Jika luka terasa terlalu dalam atau sulit dihadapi sendiri, konsultasi dengan terapis bisa mempercepat pemulihan. Terapis dapat membantu Anda mengenali trauma yang terpendam dan memberi alat praktis untuk reparenting.
Baca juga: 4 Cara Atasi Dampak Bullying saat Kecil yang Terbawa hingga Dewasa
Reparenting bukan berarti memanjakan diri
Reparenting bukan berarti menuruti semua keinginan atau bertingkah seperti anak kecil. Justru sebaliknya — ini adalah proses belajar memberi dukungan yang dewasa dan sehat pada bagian diri yang dulu tidak mendapatkannya. Ini mencakup empati, batasan, dan pengambilan keputusan yang bijak.
Menurut psikolog Dr. Avigail Lev, reparenting melibatkan pemahaman bahwa perasaan seperti marah, takut, atau sedih adalah valid — tetapi tidak berarti Anda bertindak impulsif karena perasaan tersebut.
Mengapa reparenting penting?
Karena luka masa kecil yang tidak disembuhkan sering terbawa ke masa dewasa dalam bentuk hubungan yang tidak sehat, pola pikir negatif, dan perilaku menyabotase diri. Dengan reparenting, Anda membangun fondasi baru yang lebih sehat untuk mencintai diri, menjalin hubungan, dan menjalani hidup secara utuh.
Menurut konselor Nicole Johnson, reparenting membantu seseorang menghentikan siklus luka antar generasi. Ketika Anda menyembuhkan diri, Anda juga mencegah luka serupa diwariskan ke generasi berikutnya.
“Kalau hari ini Anda sedikit lebih baik pada diri sendiri, itu sudah bentuk reparenting,” kata Johnson.
Baca juga: Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.