KOMPAS.com- Setiap ibu tentu ingin kehamilannya berjalan lancar dan bayinya lahir dalam kondisi sehat. Tapi, tidak semua kehamilan berjalan tanpa risiko. Beberapa calon ibu punya faktor risiko tertentu yang membuat pemeriksaan prenatal jadi langkah penting yang tidak boleh dilewatkan.
Pemeriksaan prenatal adalah serangkaian tes medis yang dilakukan selama masa kehamilan untuk memantau kesehatan ibu dan janin.
"Calon orangtua sering memiliki banyak pertanyaan dan kekhawatiran mengenai kesehatan janin yang dikandung. Diagnosis prenatal berfungsi sebagai alat penting untuk membantu calon orangtua mengetahui kondisi kesehatan janin sedini mungkin," kata dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG, Subspesialis Fetomaternal dari Bethsaida Hospital Gading Serpong.
Seorang ibu hamil dianggap masuk dalam kategori kehamilan beresiko jika hamil di usia 35 tahun ke atas, punya riwayat keluarga dengan kelainan genetik, pernah mengalami keguguran atau kehamilan dengan kelainan janin, atau ada hasil USG yang mencurigakan.
Baca juga: Konsumsi Parasetamol Selama Kehamilan Berisiko ADHD pada Bayi
Pada kelompok ini pemeriksaan prenatal lebih lanjut sangat dianjurkan.
“Pemeriksaan ini membantu dokter mengetahui sejak dini jika ada masalah pada janin, misalnya kelainan kromosom seperti down syndrome, cacat jantung, atau kondisi genetik lainnya,” jelas dr.Reza.
USG memang jadi pemeriksaan yang umum dilakukan selama hamil. Tapi untuk ibu hamil dengan risiko tertentu, ada berbagai tes lain yang bisa memberikan informasi lebih lengkap. Misalnya:
- Tes skrining trimester pertama (minggu ke-11 sampai 13): Menilai kemungkinan kelainan kromosom.
- USG anatomi trimester kedua (minggu ke-18 sampai 22): Memeriksa struktur tubuh janin, dari kepala, jantung, sampai kaki.
- NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing): Tes darah ibu untuk melihat DNA janin, bisa dilakukan sejak minggu ke-10. Ini salah satu tes paling akurat dan tidak menyakitkan.
- Amniosentesis: Mengambil cairan ketuban untuk melihat apakah ada kelainan genetik. Biasanya dilakukan setelah minggu ke-15.
- CVS (Chorionic Villus Sampling): Mengambil sampel dari jaringan plasenta, bisa dilakukan lebih awal (minggu ke-10 sampai 13).
Baca juga: Solusi Tes DNA untuk Kehamilan Sehat, Harapan Baru bagi Pasangan
Menurut dr.Reza pemilihan tes yang diambil tergantung pada kondisi masing-masing ibu hamil. Selain itu, setiap tes punya kelebihan dan keterbatasan, jadi penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum memutuskan.
“Konsultasi adalah kunci. Dengan begitu, tes yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak menimbulkan kecemasan yang tidak perlu,” ujarnya.
Dengan mengetahui kondisi janin sejak dini, orang tua bisa lebih siapb, aik secara mental maupun medis. Kalau memang ditemukan sesuatu, dokter bisa menyusun langkah lanjutan, termasuk perawatan selama kehamilan atau persiapan saat persalinan nanti.
Intinya, pemeriksaan prenatal bukan cuma soal cari tahu ada masalah atau tidak. Tapi juga membantu calon orangtua membuat keputusan terbaik demi kesehatan bayi.
Baca juga: Mengapa Ibu Hamil Berisiko Anemia dan Efeknya pada Janin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.