Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDAI: Layanan Jantung Anak di Indonesia Masih Jauh dari Cukup

Kompas.com - 21/05/2025, 14:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa hingga tahun 2024, jumlah layanan intervensi terhadap Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Indonesia masih jauh dari mencukupi.

Dari sekitar 50.000 bayi yang lahir dengan kondisi tersebut setiap tahunnya, hanya 7.500 yang mendapat penanganan, baik melalui tindakan bedah maupun non-bedah.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Pengurus Pusat IDAI, Rizky Adriansyah, seperti ditulis oleh Antara, Rabu (21/5/2024).

Ia menyebutkan bahwa dari 50 ribu bayi yang punya PJB, sekitar 12 ribu adalah kasus PJB kritis yang membutuhkan penanganan segera.

Menurutnya, kondisi ini mencerminkan adanya kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan jantung anak, yang berdampak serius bagi masa depan ribuan anak Indonesia.

"Ini artinya, ribuan anak Indonesia belum tertangani secara optimal dan berisiko kehilangan masa depan hanya karena keterbatasan akses layanan kesehatan," ucapnya.

Baca juga: 7 Manfaat Jalan Kaki bagi Kesehatan: Dukung Jantung Sehat dan Turunkan Stres

Belum merata dan minim SDM

Rizky menjelaskan bahwa ketimpangan distribusi layanan menjadi faktor utama terbatasnya penanganan PJB.

Ia menyebut ada provinsi yang bahkan belum memiliki layanan bedah jantung anak sama sekali, sementara jumlah kasus terus bertambah dari tahun ke tahun.

Selain itu, layanan di banyak daerah belum dilengkapi dengan ICU khusus jantung anak (PCICU), cath-lab yang memadai, obat-obatan penting seperti prostaglandin IV, serta SDM yang terlatih khusus menangani kasus kompleks jantung anak.

Ia juga menyoroti minimnya jumlah dokter spesialis jantung anak di Indonesia. Hingga kini, jumlahnya baru sekitar 105 orang secara nasional.

"Bandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang menambah sekitar 90 ahli baru setiap tahun. Di Indonesia, pertambahan hanya 4-6 orang per tahun," katanya.

Baca juga: Langsung Lari Tanpa Pemanasan? Ini Bahaya yang Mengintai Jantung...

Langkah strategis IDAI

Untuk mengatasi persoalan ini, IDAI menjalankan sejumlah strategi, termasuk pelatihan skrining dan diagnosis dini PJB bagi tenaga medis seperti dokter umum, perawat, dan bidan.

Salah satu inisiatif penting adalah pelatihan Indonesian Newborn Pulse Oximetry Screening Training (INPOST) bagi tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP).

"Pelatihan skrining ekokardiografi dasar bagi dokter spesialis anak di seluruh Indonesia," katanya.

IDAI juga mengembangkan program intervensi terstruktur seperti Flying Doctor dan Proctorship.

Dalam program ini, rumah sakit daerah didampingi oleh dokter spesialis jantung anak berpengalaman agar dapat melakukan intervensi PJB secara mandiri.

"Lebih dari 15 RS vertikal dan provinsi telah dibantu IDAI agar mampu melakukan tindakan jantung anak secara mandiri," jelas Rizky.

Baca juga: Cegah Penyakit Sejak Dini, IDAI Dorong Imunisasi Lengkap untuk Anak dan Dewasa

Siap dukung misi pemerintah

IDAI menyatakan siap mendukung program kesehatan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam misi AstaCita yang menitikberatkan pada penguatan sumber daya manusia dan sistem layanan kesehatan.

"Kami siap bekerja sama lebih erat dengan Kementerian Kesehatan dan pemda untuk memastikan setiap anak Indonesia, di mana pun lahirnya, berhak atas diagnosis dan layanan jantung yang adil, cepat, dan tepat," tegas Rizky.

Ia pun mengajak semua pemangku kepentingan—pemerintah pusat dan daerah, rumah sakit, organisasi profesi, hingga masyarakat—untuk bersama-sama membangun sistem layanan jantung anak yang lebih kuat dan merata.

Menurutnya, memastikan kesehatan jantung anak Indonesia berarti menyelamatkan generasi penerus bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau